Punya Rumah Cuma Dengan Reksa Dana? Bisa Banget!
Kayaknya sudah menjadi life goals kebanyakan orang bahwa memiliki rumah adalah wishlist dalam hidup yang paling utama. Karena seperti pepatah bilang, rumahku istanaku artinya sejauh-jauhnya kita pergi, pasti akan kembali juga ke rumah. Ibaratnya, ya pasti pulang juga ke rumah ya kan? 😁Makanya sebisa mungkin ya punya rumah, kalau bisa dan ada dananya ya lebih baik beli daripada sewa. Karena sewa pasti biayanya jauh lebih besar.
Nah, bahas soal memiliki rumah, pasti itu gak mudah ya, terutama yang tinggal di kota-kota besar ya, seperti Jabodetabek. Karena harga rumah sekarang sudah semakin mahal, tanah sudah semakin langka, lebih banyak pembangunan apartemen ketimbang rumah, makanya ya no wonder kalau harga rumah lebih mahal ketimbang apartemen.
Sudah beberapa minggu ini saya kepikiran untuk berencana beli rumah (lagi), rumah kedua, tadinya mau beli apartemen sih, tapi setelah dipikir-pikir banyak minusnya, trus tujuannya juga beda, yaudah saya putuskan beli rumah lagi aja deh. Rumah kedua. Dan rumah ini rencananya akan saya berikan untuk Narend, anak saya yang pertama, diberikan saat nanti ia sudah mulai kuliah, atau menikah. Mumpung saya dan suami masih sehat, ada umur, saya mau ia nanti gak susah ngumpulin dana buat punya rumah, makanya saya bersusah payah dari sekarang. Ibaratnya nanti rumah warisanlah 🙂 saya bukan tipe yang mau kasih mobil, saya mau kasih anak-anak rumah aja, karena harga properti kan nantinya 10 atau 20 tahun mendatang pastinya harganya udah gila-gilaan. Jadi lebih baik saya persiapan sewaktu harga rumah masih terjangkau oleh saya sekarang.
Nah, cuma dengan berinvestasi reksa dana aja, ternyata kita sudah punya rumah lho.
Baca Juga : Ipotfund, Fund Talk With Milenials, Waktu Yang Tepat Untuk Investasi Reksa Dana
Strategi Membeli Rumah
Untuk membeli rumah kita bisa menggunakan 2 cara, yaitu dengan cash ataupun kredit yang biasa kita kenal dengan sebutan sistem KPR (Kredit Kepemilikan Rumah). Dan biasanya buat para generasi milenial (termasuk saya) membeli rumah dengan cara cash sangat sulit dilakukan ya, kecuali dapat uang warisan, atau ketiban rejeki ya. So, cara yang paling sering digunakan adalah dengan sistem KPR dari bank.
Kedua cara baik cash ataupun KPR memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing ya. Kalau cash sudah pasti kita mengeluarkan uang hanya di awal saja,gak ada beban cicilan tiap bulan, hiduppun tenang, aman dan damai 🙂
Kalau KPR kelebihannya kita bisa mencicil lebih ringan.
So, kali ini saya akan concern membahas membeli rumah dengan sistem KPR ya.
Sistem KPR dari Bank
Saya tertarik melirik sebuah rumah yang berada di kawasan BSD, saya cek harganya di rumah123.com, harganya masih ada yang di kisaran 350jutaan ya. Ini harga update 2020. Kalau nanti saya mau beli rumahnya 8 tahun lagi, berarti harga rumahnya sekitar Rp. 460.000.000.
Saya ambil patokan aja misalnya harganya Rp. 460.000.000 ya.
DPnya 30% yaitu Rp. 138.000.000. (saya mau DPnya besar supaya nanti cicilannya ringan)
Suku Bunga : 8% fixed 5 tahun.
Nilai kredit : Sisa kredit saya adalah 322.000.000 (jumlah pinjaman ke bank)
Berarti untuk cicilan per bulannya adalah Rp. 3.077.200 atau Rp. 3.638.816. (setelah masa fixed interest).
Durasi pinjaman 15 tahun.
Untuk besaran penghasilan atau gaji per bulannya kisaran minimal Rp. 10.257.000.
Cicilan maximal 30% dari gaji.
Nah dibawah ini detail perhitungannya, saya pakai kalkulatornya QM Financial ya.
Nabung Untuk DP Rumah
Nah, setelah menentukan nilai rumah, besaran DP Rumahnya berapa, sudah fix nih ceritanya kita mau beli rumah dimana yang harganya berapa, baru deh kita tentukan mau ngumpulin DP rumahnya gimana? Pakai instrumen apa?
Karena rumah saya yang pertama selesai cicilan KPR nya 8 tahun lagi, oleh karena itu saya men set up bayar DP rumah nya 8 tahun kemudian.
Saya pakai goal setting dari aplikasi Bibit. Dari gambar diatas sudah jelas bahwa saya bisa mendapatkan DP nya sebesar Rp. 105.000.000 jika saya konsisten menabung Rp. 800.000 per bulan dari sekarang.
Karena jangka waktunya lebih dari 5 tahun, saya mengambil reksadana pendapatan campuran dan reksadana saham. Di Bibit juga ada Robo Adviser juga yang memberikan kita alternatif alokasi dana. Bisa memilih juga portofolionya apa (konservatif, moderat atau agresif).
Jadi sudah terjawab kan ya teman-teman, kita bisa beli rumah cuma dengan reksadana? 🙂
Saya sudah memulainya sejak dini investasi jangka panjang untuk anak saya. Kalau kalian sudah belum? 🙂
Baca Juga : Antara Bibit, Bareksa dan Ajaib, Pilih Yang Mana Ya?
Jangan lupa, kalau kalian mau coba berinvestasi di Bibit, masukkan kode OlineXBibit ya.
Semoga bermanfaat.
Samaan neh Mbak, saya juga pengin beli rumah lagi sebab rumah kami yang sekarang ini statusnya masih HGB jadi tanahnya itu milik pemkot Malang.
Wah aku jadi tertarik neh dengan reksadana di bibit, ntar nanya-nanya japri ya.
Wah kok bisa itu tanahnya HGB milik pemkot, itu artinya sama kayak punya apartemen dong yah?
Mba kalau yang gajinya kecil gmna.. klo gaji 10jtan sbulan mngkin bisa, tapi kalau cma 3jtan gimana mba..
Kalau gaji 3juta juga bisa mas. yang penting sisihkan 30% dari penghasilan.
Misalnya 900ribu per bulan, konsisten nabung per bulan untuk ngejar DP nya.
Target beli rumah 500juta. DP nya misalnya 30% berarti 150juta.
nah tentukan target tujuan yg ingin dicapai berapa tahun lagi (dengan menggunakan calculator dari Bibit).
Kalau cicilan maunya 900ribuan per bulan, targetnya tahun 2029. kira2 8 tahun lagi.
Sambil dipikirkan mau nambah income untuk DP nya darimana.
Jadi, tetap bisa kan? 🙂