Sahabatku%2B-%2BAsuransi%2BAIA%2BSakinah%2BAssurance%2B01.jpg

Saat ini, Coba Tanyakan Kepada Dirimu Siapakah Teman Setiamu Yang Membuat Hidupmu Bahagia

Aku dan sahabatku bersama Asuransi AIA Sakinah Assurance – Doc: Pribadi

Minggu lalu saya sempat membuka “buku besar journal kehidupan”, yang saya tulis dalam catatan akhir tahun 2014 lalu. (Yep, saya dan suami memang punya kebiasaan rutin tahunan untuk mencatat resolusi dan hambatan serta pencapaian target dalam hidup di buku besar itu). Disana tertulis bahwa saya akan ke Jepang bersama rombongan (teman-teman) di tahun 2016. Tapi gak disebutkan juga sih siapa teman-teman saya itu. Pokoknya tahun 2016 saya ke Jepang, titik. 

Tapi kenyataannya di tahun 2016 ini saya malah gak kemana-mana. Boro-boro Jepang, saya jadi makin sibuk dengan berbagai aktivitas saya, mulai dari mengurus Narend dan suami, mengurus bisnis Batik online saya, aktivitas saya sebagai seorang Blogger sampai berbagai aktivitas saya di beberapa komunitas bisnis dan hobi. Sempat melupakan target saya untuk ke Jepang tahun ini, alhasil saya melupakan untuk nabung perjalanan saya ke Jepang.
Resolusi

Sedih juga kalau target belum kesampaian, memang sih masih ada 7 bulan lagi sampai tahun 2016 berakhir, tapi mungkin gak kesampaian untuk nabung tiket dan hotel disana. Alhasil, saya jadi membuat resolusi baru deh, insyallah saya bisa ke Jepang tahun 2017, amin! Btw pasti kamu bertanya-tanya kenapa dari tadi nyebutnya Jepang terus sih? Iya, soalnya itu salah satu negara impian suami dan saya, kalau suami katanya pingin banget ke Akihabara (jangan ditanya deh kenapa suami pingin kesana, malu ngasih tahu alasannya hehehe), sedangkan kalau saya sendiri pingin banget ke Harajuku, alasannya karena disana terdapat banyak butik dengan baju-baju yang keren dan bisa menginspirasi saya untuk mendesain baju 🙂 Plus saya juga pengen nyobain kimono langsung disana and melihat gunung Fuji, karena selama ini saya hanya membaca melalui novel and nonton acara-acara di TV serta Youtube. 

Bersama teman kantor

Kenapa baru minggu lalu saya baru sadar? Karena saya diceritakan oleh suami, waktu teman kantornya baru saja pulang dari Jepang, diceritakan perjalanannya mulai dari Kyoto, Hokaido sampai Tokyo dan kerennya teman-teman kantor suami sudah merencanakan bepergian bersama-sama ke Jepang sejak tahun 2015, dan secara collective mengumpulkan uang untuk berangkat di 2016. Mendengar itu, saya jadi iri, bukan iri karena saya belum pernah pergi ke Jepang, tapi iri karena kangen masa-masa di kantor, yang bisa planning kayak gitu seru-seruan sama teman-teman kantor. Sekarang sejak resign and saya berkecimpung di dunia bisnis, saya jadi jarang bertemu intens dengan teman-teman bisnis. Paling hanya sesekali bertemu aja di event atau pertemuan. Selebihnya ya kalau jalan bareng. Percaya gak percaya, ada yang bilang bahwa seiring berjalannya waktu, kesibukan orang semakin bertambah, semua sudah punya urusan masing-masing, apalagi yang sudah berkeluarga. Waktu dan jarak ini yang membuat pertemuan kita dan teman-teman menjadi berkurang. Jadi haii buat kamu-kamu yang masih bekerja di kantor, dan single, nikmatilah. Karena saat kamu resign and not to keep in touch with your friends, masa-masa itu akan membuatmu kangen lagi 🙂

Sahabatku

Seiring bertambahnya usia dan waktu, makin lama saya makin merasa “kesepian”, bukan kesepian dalam arti sebenarnya ya, suami saya selalu ada untuk saya, saya bisa ketemu teman-teman komunitas bisnis dan blogger, nah terus apa dong arti dari “kesepian” itu, artinya adalah saya tidak memiliki “sahabat” yang membuat kita Tenang, Optimal, Tenteram dan pastinya Bahagia. Saya sadar bahwa teman dan sahabat selalu ada untuk kita, tapi tidak semua bisa dilakukan oleh teman dan sahabat loh, bahkan suami saya juga memiliki keterbatasan. Aneh gak sih kalau saya bilang seperti itu? Begini contohnya, saat kamu sakit, dan harus dirawat dirumah sakit, pastinya teman dan sahabat akan datang ke rumah sakit untuk menjenguk dan memberikan support, namun yang membayar biaya rumah sakit pasti kamu kan? Sampai sekarang sih saya belum pernah melihat ada teman yang membayarkan biaya rumah sakit sampai mengurus berbagai macam kebutuhan rumah sakit, yang mengurus itu semua pastinya keluarga kamu.

1 Menit

Tidak salah kok akan hal diatas, selama kamu dan keluarga masih bisa bekerja secara produktif, insyaallah bisa membayar biaya rumah sakit. Nah sekarang saya minta waktu kamu 1 menit saja, bayangkan kalau sekarang umur kamu 55 tahun, kamu saat ini sudah pensiun dan tidak bekerja, kamu sudah saving uang yang kamu kumpulkan selama bekerja untuk diri kamu, anak dan keluarga. Bayangkan kembali kalau kamu sedang berada di rumah sakit, sekarang kamu sedang berada dalam ruangan, bukan sebagai penjenguk, tapi sebagai pasien. Kamu saat ini sedang berada didalam ruangan, sendirian, sekarang kamu sedang tiduran ditempat tidur sambil melihat ke langit-langit ruangan yang berwarna putih, sesekali melihat lampu yang terang di pojok ruangan, kamu sedang berfikir berapa biaya yang harus dikeluarkan selama dirumah sakit, kamu terus berhitung dan berhitung dan sesekali melihat saldo tabungan melalui smartphone yang selalu ada di genggaman kamu trus membuka aplikasi calculator untuk membuat perhitungan kasar mengenai biaya rumah sakit. Sekarang …. pejamkan mata kamu dan bayangkan cerita saya diatas dan bayangkan kamu yang mengalami hal itu. Setelah selesai, coba buka mata kamu.

Saya yakin, dalam pikiran kamu sekarang, kamu berfikir bagaimana kamu bisa membayar biaya rumah sakit dari tabungan kamu tanpa memberatkan keluarga dan anak kamu kan? ….. Pikiran kamu akan berfikir seperti itu dan akhirnya bisa jadi kamu depresi hanya karena memikirkan biaya rumah sakit. Sekarang pertanyaannya “Apa ada cara agar kamu tidak perlu memikirkan biaya rumah sakit dan yang terpenting tidak memberatkan keluarga, apalagi anak kamu?

Sahabat kita semua

Seperti yang saya bilang diatas, apakah ada sahabat yang bisa membuat kita merasa tenang, optimal, tenteram dan bahagia sampai kapan pun, bahkan bisa membuat kamu tidak depresi memikirkan biaya rumah sakit? Ada dong, sahabat yang akan selalu ada untuk kamu baik itu dikala sakit dan bahagia, sahabat itu bernama asuransi. Saya yakin beberapa dari kamu akan bilang “Asuransi, wah oline mau nawarin asuransi nih?“, jujur saja, saya pribadi waktu dulu masih kerja kantoran dan ada teman kantor yang membicarakan soal asuransi langsung berfikiran negatif, pikirannya langsung “Wah nawarin asuransi nih“, tapi kalau kamu sudah berumur seperti saya (hm… bukan berarti saya sudah tua loh, cuma sudah tidak muda lagi hihihi), kamu sudah berkeluarga, kamu sudah bisa mewujudkan impian-impian kamu seperti mobil, rumah, liburan, kamu akan berfikiran tentang 1 menit diatas, percaya deh 🙂

Pentingnya Proteksi

Makin berumur, saya jadi makin sadar bahwa selalu ada resiko yang membuat hidup saya yang produktif menjadi tidak produktif, karena itu selama saya masih produktif saya ingin memiliki proteksi agar hidup saya bisa lebih terjamin, terjamin dalam artian bahwa saat sakit saya tidak perlu memikirkan biaya rumah sakit, saya bisa mewujudkan mimpi-mimpi saya.

Dari hasil Survei Nasional Literasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2013 bahwa :
– Baru sekitar 17.8% orang Indonesia yang mengerti Asuransi atau bisa dibilang hanya ada 18 dari 100 penduduk  Indonesia loh, atau bisa dikatakan cuma 2 dari 10 orang yang mengerti manfaat asuransi.
– Baru sekitar 11.8% orang Indonesia yang terproteksi asuransi atau bisa dibilang ada 12 dari 100 orang yang sudah menggunakan asuransi atau bisa dibilang 1 dari 10 orang terproteksi oleh asuransi

Gimana fakta diatas, menarik kan, tau alasannya kenapa hanya 11.8% yang sudah terproteksi asuransi? Itu karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim (termasuk saya), karena konsep asuransi itu tidak sesuai dengan konsep Islam, dimana uang premi di manage oleh perusahaan asuransi lalu dari uang itulah kita bisa mendapatkan manfaat, dan niatannya karena komersil semata.

Memilih produk asuransi, sama seperti saya memilih sahabat, saya harus yakin dan percaya bahwa sahabat saya selalu ada untuk saya, kapan pun dan dimana pun, namun yang terpenting tidak bertentangan dengan prinsip Islam, karena itu saya mencari sahabat yang menggunakan konsep syariah, dimana uang disebut sebagai Tabarru’ dimana niatannya untuk mengharap ridho Allah SWT.

Faktanya lagi, tidak semua umat muslim mengerti konsep Tabarru’ loh, buat kamu yang belum tahu, Tabarru’ itu memiliki sifat :

1. Transaksinya tidak mengharap keuntungan
2. Tujuan dari transaksinya adalah tolong menolong sesama dan tidak ada keuntungan komersil
3. Yang terpenting, pihak yang berbuat kebaikan, boleh meminta bagiannya untuk menutupi biaya saat melakukan akad tabarru’, namun dia tidak boleh mengambil laba dari akad tabarru’ itu

“Memilih” Sahabat

Memilih asuransi, sama seperti saya memilih sahabat, seperti yang sudah saya sampaikan diatas, saya memilih sahabat yang membuat saya :

1. Tenang

Mengelola asuransi yang sesuai dengan prinsip syariah yaitu saling tolong menolong, sehingga bisa saling melindungi dan menanggung resiko sesama peserta asuransi syariah

2. Optimal

Kita bisa mengelola keuangan kita secara syariah dengan berbagai macam perencanaan keuangan

3. Tentram

Memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi peserta asuransi syariah, sesuai dengan proteksi yang diinginkan

4. Bahagia

Setiap peserta mempunyai kesempatan atas pembagian suplus underwriting setiap tahunnya, sehingga bisa mewujudkan impian-impiannya

Dari 4 kriteria diatas, saya memilih Asuransi AIA Sakinah Assurance, karena menurut saya dia adalah “sahabat” yang bisa membuat kamu optimal serta memberikan perasaan tenang, tenteram dan bisa mewujudkan impian bahagia kamu 🙂

Tags: No tags

3 Responses

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *