Voucher%2BIndovacation%2BClub.JPG

Jual Nomor Telepon Demi Rupiah Part IV (Selesai)

Buat yang mau baca ceritaku sebelumnya, klik disini.

22.00 WIB

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Suami saya sudah tak kuasa menahan kesal, melihat Narend yang sudah tidur lalu bangun kembali karena tidak nyaman. Sudah tidur di pangkuan saya, tapi 30 menit kemudian langsung bangun.

Ochi : wah, si Dede terbangun tuh Bun.. Ihh dedenya lucu ya? (Dede, dede! Gue paling benci anak gue dipanggil dede-dede!) 🙁

Dan saya tau banget Ochi ini gak suka dengan Narend. Karena saat dia bilang lucu, raut mukanya aneh. Seperti jijik dan kesel. Entah ya, cuma perasaan saya aja atau gimana. Yang jelas saat mengangkat makanan Narend aja dia sudah merasa jijik. Saat melihat saya kepayahan menyuapi Narend makan aja, dia bilang kok repot banget yah punya anak? Padahal saya gak merasa repot sedikitpun. Sudah biasa bagi saya. Narend memang seperti itu kalau di rumah. Gak bisa diem kayak cacing kepanasan.

Suami : (Sambil berdiri dan nada agak keras) Mba Ochi, saya minta sekarang juga KTP kami. Sekalian vouchernya mba! Kalo gak ada vouchernya juga gak apa-apa deh! Yang penting saya minta KTP nya sekarang juga. Anak saya sudah harus pulang! Ini sudah melewati batas. Sesuai perjanjian kami hanya diminta stay disini selama 90 menit. Sekarang sudah jam berapa mba? Liat!

Ochi : Oke, sebentar ya pak saya ambilkan yaaa.

Suami saya melirik ke arah belakang, nampaknya Ochi ini masih aja konsultasi dengan managernya supaya kami deal dengan penawaran yang ia kasih.

Ochi : Ini pak KTP nya. Dan ini voucher hotelnya .. (seraya memberikan voucher dan KTP kami) Nanti Ochi disangka nahan-nahan bapak lagi.. (yaelaah emang nahan kami keleus!) 🙁
Bapak gak mau dipikir-pikir dulu pak penawaran kami? Gini pak, tadi kan dengan nominal 15jtan, bapak masih belum ok, gini deh pak kami tawarkan untuk yang terakhir DP 7.5jt untuk mendapatkan liburan ke seluruh Indonesia tapi dengan jangka waktu 10 tahun.

Suami : Udah mba, cukup! Gak usah nawarin-nawarin lagi. Saya sudah bilang, kalau mau memutuskan hal seperti ini, tidak bisa buru-buru, saya dan istri harus diskusi berhari-hari!

Ochi : Tapi doain ya pak, bun, besok Ochi deal. Besok katanya ada yang mau dateng lagi. Mudah-mudahan closing ya.

Saya : (Bodo amat mau closing kek, mau gak) Saya terdiam.

Ochi : Yaaa pak? Ya bun? Doain yaaa…

Saya : YAYAYAYA….

Berikut ini vouchernya …

Rasanya mau saya robek aja vouchernya! 🙁

Ochi : Ini vouchernya ya pak. Bisa digunakan di hotel Lombok, Pangandaran, Cianjur. Selama 3 hari 2 malam. Dan tidak bisa dipindahtangankan ya pak. Hanya bisa digunakan dengan nama tertera di bawah ini. Dan voucher ini berlaku dari Januari 2016.

LAGI-LAGI KAMPRET! Kalau tau voucher ini baru bisa digunakan tahun 2016, saya gak usah capek-capek kesini! Padahal di telpon si mba Tika bilang, vouchernya bisa digunakan untuk Weekend, Natal dan Lebaran tahun ini. Makanya saya mau datang kesini.

Suami : Loh ini kok tahun depan mba, kata istri saya by Phone dengan mba Tika bisa digunakan 6 bulan kedepan, trus bisa digunakan natal dan tahun baru, ini kok ada notenya hanya bisa digunakan Senin-Kamis dan ini kenapa gak ada Bandung mba, kata mba Tika ada?

Ochi : Gak ada pak, yang ada di voucher ini saja, mungkin mba Tika salah menyampaikan ke bapak dan bunda.

Ya ampuun akhirnya setelah 3 jam KTP saya dan suami alhamdulillah kembali. Tapi tentunya dengan ngotot-ngototan 🙁

22:30 WIB

Akhirnya kami pun pulang. Dan terbengong-bengong dengan kejadian ini. Mulai dari penghinaan dari tingkat rendah sampai KTP kami ditahan-tahan. Bersyukur tadi di awal sebelum masuk saat isi data-data suami saya aware untuk menutup 3 digit terakhir dari kartu kreditnya dengan jarinya. Saya juga gak paham soal ini. Tapi ternyata 3 digit terakhir itu fatal jika diketahui oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Bisa-bisa disalahgunakan.

14 Juni 2015

Keesokan harinya saya minta pertanggung jawaban dan penjelasan kepada teman saya ini. Saya benar-benar naik pitam kepada teman saya ini. Dan saat saya menanyakan kenapa nomor telepon saya diberikan, tetap saja dia tidak ada alasan yang jelas 🙁

Saat ini posisi saya benar-benar tidak tahu siapa yang benar, dan siapa yang salah. Kalau memang suami teman saya diopname, buat apa memberikan nomor telepon saya dan bilang kalau suaminya lagi kerja diluar kota di awal? (silahkan baca conversation saya di part I, baca disini). Kalau mau seperti itu, ya bilang saja kalau suaminya lagi sakit diopname! Bukannya gak bisa menghadiri!

Saya benar-benar menyesal mengenal orang ini. Dari dulu teman saya ini terkenal pribadi yang tidak baik. Dulu sebagai rekan kerja selalu memaksakan kehendak, dan ingin pekerjaan dia didahulukan. Dulu dia ini adalah vendor di kantor tempat saya bekerja dulu. Yep, saya dulu bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi.

Dari dulu memang dia minta nomor telepon saya. Dulu di awal tahun 2015 saya sempat chat dengan teman saya ini, dia berkonsultasi ingin buka bisnis yang sesuai dengan passionnya. Lalu dia minta saran ke saya.

Lalu beberapa hari sebelumnya, dia menawarkan ruko ke saya. Dia menawarkan ke saya karena dia merasa bisnis saya di bidang fashion dan membutuhkan toko offline. Hubungan kami terakhir sampai disitu.

Sahabat, bila sudah terlanjur mengalami seperti apa yang saya alami ini, saya ada beberapa tips yang teman bisa lakukan :

1. Jika diiming-imingi voucher hotel, usahakan bertanya lebih dahulu, voucher hotel valid dari kapan sampai tanggal berapa, takutnya malah lebih parah expired datenya sebentar lagi, atau bahkan sudah expired.

2. Jangan pernah memberikan KTP apapun alasannya. Mau diperlihatkan aja kek atau mau validasi kek, yang penting jangan pernah memberikan KTP kepada pihak kedua atau ketiga yang belum jelas kebutuhannya untuk apa. KTP saya dan suami sempat ditahan selama 3 jam oleh mereka. Mudah-mudahan saja mereka tidak mengcopy KTP kami.

3. Segala sesuatu bentuk undangan acara, usahakan minta dalam bentuk fisik (email). Jika nantinya terjadi sesuatu seperti ini, jadi teman-teman punya bukti untuk komplain.

4. Jangan pernah memberikan kartu kredit untuk alasan apapun kepada mereka. Karena kalau sampai mereka mencatat seluruh digit nomor kartu kredit, bisa fatal akibatnya. Jika mereka meminta diperlihatkan tanggal expirednya, tutupi nomor kartu kredit anda, terutama 3-4 digit nomor dibelakang kartu kredit anda.

5. Jika bertanya soal penghasilan, jawab saja serendah-rendahnya, walaupun dengan iming-iming kamar kelas VIP.

6. Jangan pernah menjawab pertanyaan secara jujur kepada seorang sales seperti mereka, usahakan anda bisa berfikir secara rasional sebelum menjawab pertanyaan mereka.

7. Jika ada teman yang jarang berhubungan meminta nomor telepon, usahakan bertanya detail, tujuannya untuk apa. Jika tidak ada keperluan yang mendesak, jangan diberikan. Cukup berkomunikasi via social media saja. Lebih aman.

8. Jangan membawa anak kecil, terutama bayi. Untuk bayi, karena jam tidur dan sifat bayi bisa berubah kalau bayi belum mengerti atas apa yang kita sampaikan. Untuk anak kecil, usahakan selalu berada disamping anda, jika sampai anak anda berada di tangan mereka bisa jadi anak anda yang akan diinterogasi, kok bisa? iya, anak-anak tidak akan bohong, mereka akan ditanya soal rumahnya berapa lantai, dirumah ada mobil berapa, sering liburan keluar negeri atau tidak.

Sejak kasus ini saya memutuskan hubungan pertemanan dengan teman saya ini. Saya tidak butuh orang yang seperti teman saya ini. Saya sudah block untuk social medianya. Saya benar-benar kesal luar biasa dengannya.

1 hal yang tidak bisa dimaafkan oleh saya dan suami, sampai detik ini Narend tidak bisa beraktivitas normal seperti sebelum datang ke acara ini. Sejak kasus ini, Narend sering banget cranky. Nangis terus-terusan untuk sesuatu hal yang dia inginkan tapi tidak saya perbolehkan. Narend jadi makin egois. Saya dan suami jadi susah menanganinya setiap hari selama seminggu penuh ini 🙁 Jam tidurnya juga tidak teratur, dan mendadak jadi susah diatur. Sejak dia kecapean malam itu, dan gak makan. Akibatnya jadi seperti sekarang ini 🙁

Semoga menjadi pembelajaran kita semua.

Terima kasih sudah mau membaca sharing saya ini. 

Tags: No tags

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *