Bagi saya hari jumat itu waktunya middle free. Apaan tuh? Yaa belum weekend-weekend amat, tapi bukan juga weekdays yang hectic. Ini istilah saya aja siyh, *hahaa*. Jadi hari Jumat itu adalah hari sedikit free untuk saya.
Hari itu saya mendapat ajakan oleh komunitas mommies Bekasi untuk hang out di salah satu resto yang baru saja buka, di daerah Pekayon, namanya Richeese Factory. Umurnya masih seumuran bayi baru lahir, baru beberapa hari. Jadi ceritanya kita mau cobain tempat ngumpul-ngumpul baru, okelah kalau begitu. Hari jumat itu spesialis saya gak masak di rumah.
Saat itu saya janjian dengan para mommies pukul 11 siang. Karena saya cuma butuh 5 menit ke tekape, akhirnya saya berangkat dari rumah pukul 11.05.
Sampai di tekape, wuah ternyata sudah banyak yang hadir disana. Saya yang paling akhir datangnya. Beberapa diantaranya juga sudah pesan dan antri makanan. Situasi siang itu masih relatif sepi dari pengunjung.
Waktu menunjukkan pukul 12.00. Tepatnya saat jam makan siang tiba. Saat itu situasi sudah mulai ramai. Kebanyakan yang datang kesini itu anak-anak abege yang baru pulang sekolah, ada beberapa orang kantoran (saya tau karena mereka pakaiannya rapih dan menggunakan kemeja batik), lalu bisa juga jamnya ibu-ibu galau, galau yang bingung mau kemana jam-jam segitu. Termasuk saya qeqeqe…
Karena saya keasikan ngobrol, saya jadi lupa mau memesan makanan 😉 Karena saya lihat antrian di kasir cuma 2 orang, yowis saya langsung saja menuju kasir sambil membawa brosur promo yang tadi saat masuk resto ini dibagikan. Lumayan nih promonya, 50% for selected menu, hari gini akhir bulan, belum dapat jatah bulanan dari suami, penting banget buat makanan yang promo kan? 🙂 Lagian saya juga gak berani pesan makanan banyak yang macem-macem. Karena ini adalah kali pertama saya datang ke resto ini. Jadi saya mau berpikir dan memesan menu amannya aja deh.
Saat itu saya memesan Mexican Rice Bowl yang harganya cuma IDR 20.455 didiskon menjadi cuma IDR 10.228 saja. Cukup hemat kan? Lhaa kan jadi ibu rumah tangga itu kan katanya kudu cerdas finansial? Kalau yang kayak promo gini ya dimanfaatkanlaah. Lha wong saya juga penjual online pasti maunya para pembeli memanfaatkan momen promo ya toh? 🙂
Nah, karena saya gak tau itu menu apa, cuma keliatan nasi di dalam mangkok aja, akhirnya saya tanya..
Saya : Mba, ini menu apaan sih si mexican ini?
Mba nya : ini mexican rice bowl, ayam katsu diatasnya, juga ada taburan keju (kalau gak salah dia menjelaskan seperti itulah ya)
Saya : Ohh gitu.. (dalam hati saya tahu pasti ini porsinya imut banget. Tapi gapapalah, saya juga gak berani pesen menu yang lain..)
Saya : Ya udah deh kalo gitu, mexican rice bowl nya 1 ya.
Untuk totalnya adalah IDR 21.200. Saya membayar dengan uang 50ribuan. Which is kembaliannya seharusnya IDR 28.800 dong? Bener kan? Nah, akhirnya setelah transaksi saya hanya dikembalikan uang IDR 28.500. 300 peraknya gak ada. Lalu saya tanya dong..
Saya : Mba, ini kan kembalian saya IDR 28.800 kan?
Mba nya : Iya betul.
Saya : Kalau betul, kenapa saya hanya dikembalikan 28.500? Kurang 300 peraknya dong????
Mba nya : (Sambil senyum cengengesan dia bilang) Maaf 300 nya boleh disumbangkan gak?
Saya : (Saya langsung bertanduk dong kepala saya) Hah? Disumbangkan? Gak.
Mba nya : Oh, iya disumbangkan ya?
Saya : Gak. Saya bilang gak (sambil saya peragakan geleng-geleng kepala)
Mba nya : Jadi disumbangkan ya?
Saya : SAYA BILANG GAK DISUMBANGKAN!!! Denger gak mba? Paham gak?!
Saat itu suara saya sengaja dikeraskan, sengaja supaya semua orang tahu kasus yang saya alami.
Mba nya : Ohh.. gak disumbangkan ya? Bentar ya (sambil gelagapan nyari uang 300 peraknya)
Sambil kasak kusuk dengan temannya SPG cowo di belakangnya meminta uang 300 perak saya. Si temannya itu sambil melayani kostumer antrian sebelah saya memperagakan geleng-geleng kepala. Alias itu pertanda di cash register (meja kasir) nya dia tidak ada recehan.
Saat itu nyari uang 300 perak agak sedikit menyita waktu. Akhirnya karena kelamaan, mba nya itu membuka cash register lainnya dan memberikan saya uang 500 perak. Sambil berkata kepada temannya di belakang. Saya cuma dengar samar-samar aja.
Mba nya : eh ini gimana kalau gak ada gini?? Mba nya mau minta kembalian 300 nya nih! Gak mau disumbangkan!
Temannya : yaudah
Mba nya : ini kalau kita kasih 500 gapapa kali ya? Nanti tinggal kita hitung-hitungan di belakang.
Temannya : yaudah.
Temannya ini gak banyak bicara karena dia sudah melihat raut wajah saya yang sudah sangat tidak friendly lagi. Akhirnya karena saya memendam kekesalan luar biasa, akhirnya saya bicara dengan si mbanya ini.
Saya : Mba, lain kali kalau memang mau disumbangkan, tolong bilang dong! Jangan main nodong kayak gini! Saya merasa dirugikan tau gak?!
(Sengaja suara saya keraskan agar ibu-ibu di belakang saya mendengar apa yang saya permasalahkan).
Mba nya : Oh iya mba. Maaf ya. Nanti makanannya diantar ya mba. (Sambil menyerahkan nomor antrian kepada saya).
Saya : Iya!
Mba nya : Iya nanti makanannya segera diantar ya mba (seraya memberikan nampan kepada saya mengibaratkan seolah-olah saya segera duduk sajaaa. Jangan kelamaan disini. Ganggu banget!) Tapi saya berusaha cuek aja.
Maaf? Thats it! Semudah itu minta maaf.
Kasus ‘sumbangan terpaksa’ ini sudah seperti modus nampaknya. Bukan cuma sekali ini saja saya mengalaminya. Di tiap supermarket kecil, besar, restoran besar sekalipun saya semua pernah diperlakukan seperti ini. Para pelayan selalu meminta secara halus dan memaksa saya untuk merelakan uang kembalian yang hanya 100 atau 300 perak saja. Padahal jika itu dikumpulkan dari 1000 orang sudah berapa yang mereka dapatkan? Lalu, apakah mereka akan menginformasikan uang yang mereka anggap recehan ini disumbangkan kemana, begitu?? Gaklah! Tidak ada satupun informasi di meja kasir yang menjelaskan uang kembalian anda akan kami sumbangkan ke XXXX misalnya.
Masalah disumbangkan kemana, atau misalnya ini adalah program charity mereka ya gak masalah buat saya. Yang saya permasalahkan adalah cara mereka meminta uang sumbangan kepada saya dengan sangat tidak manner sama sekali!
Hanya sedikit saja orang-orang yang mau teliti dengan uang kembaliannya lalu mengecek ulang rupiah demi rupiah uang kembaliannya. Saya termasuk orang yang sangat teliti. 100 perak saja saya hitung. Karena apa? Jika si penjual kurang 100 perakpun apakah mereka mau merelakan? Tentu tidak kan? Nahhhh begitu juga dengan saya.
Saya selalu berusaha teliti karena berkat pengajaran mama saya. Beliau selalu mengingatkan kepada saya tanya dahulu harga makananmu sebelum membeli dan selalu hitung kembali uang kembalian yang kita terima.
Pernah suatu waktu saya teliti mengecek dan menghitung dengan seksama uang kembali dengan nilai yang tertera pada bon. Ada ibu-ibu atau bapak-bapak yang melihat saya dengan sangat sinis dan memicingkan mata. Segitu hinanya kah saya bila saya menghitung receh demi receh uang kembalian yang saya terima kah? Saya rasa tidak! Itu hak saya. Saya hanya berusaha teliti. Thats it.
Jadi friends, saya menghimbau untuk selalu teliti setiap uang kembalian yang kamu terima. Hitung kembali dan cocokan dengan bill yang tertera. Jangan percaya dengan bill yang mereka berikan. Coba keluarkan extra waktumu sebentar untuk sekedar crosscheck.
Semoga menjadi bahan kewaspadaan untuk kita semua.
Hehehe… sudah banyak kasus Mbak. Di Indomrt sebelah kantorku dulunya juga begitu, kalau ada lebihan kembalian 100 atau 200 langsung bilang disumbangkan saja ya, tapi di struk nggak ada tulisan sumbangannya, hehehe. Kadang saya mau, seringnya sih nggak. Bukan berarti saya nggak mau nyumbang, tapi itu tadi sudah di struk nggak ada tulisannya, trus bisa bikin si mba kasirnya malas nyari uang kembalian. Tapi alhamdulillah sekarang sudah nggak lagi. Mereka selalu nyediain uang receh dari 50 perak sampai 1000. Mungkin banyak yang kayak saya kali ya, jadinya mereka usaha nyediain. Apa sebetulnya itu sudah jadi kewajiban si pemilik usaha?
Saya kok malah kebayangin muka mak Oline pas ngomongin kalimat yg di capslock yah bhuahahaha.. emang kudu digituin mak, bisa jadi kebiasaan.. tapi sayang banget itu yah Mbaknya responnya gitu banget -_- kaya ngerasa gak salah, pasti bikin mikir2 lagi kalau mau makan di tempat itu..
Trus disumbanginnya kemana coba :v
Iya kayak gitu nyebelin banget
Iya mak, aku jg pernah baca di posting blog siapa gitu, ttg beberapa Perak yg ditanya apa mau disumbangkan. Masalahnya adalah, kita Ga tau beneran disumbangin ke pihak yg membutuhkan atau entah kemana. Soalnya Ga ada tuh semacam banner/info pundi2 sumbangan itu sdh disalurkan. Itu yg sy alami di Alf*m*rt.
Kalo yg udah modus sejak dulu Ga punya uang kembalian receh adalah donat logo oren pink, sekian Perak ga pernah dikembaliin, boro2 bilang disumbangin. Ya kalo Ga ada niat siapin uang receh di kasir, bikin harga yg bullet. Ya 50rb. Ya 40rb. Gitu kan harusnya?
iya mbak kembalian itu haknya konsumen
well, sepertinya sudah kebiasaan ya..disumbangkannya juga kemana ngg jelas ya mak..kalau di supermarket langgananku dulu di bilangan rawamangun, mereka suka menggenapkan ujung total belanjaan kitauntuk dikumpulkan dan disumbangkan ke yang membutuhkan..dan setiap bulan ada tulisan jumlah total yang terkumpul dan disumbangkan ke mana..jadi jelas dan kita rela untuk menyumbang ya mak..
ya illah mbak,udah ikhlasin aja…. amal…. siap tahu besok masuk surga
itu buka jam berapa sih ??
Bukan masalah besar atau kecilnya suatu nilai rupiahnya, tapi yang mau saya tekankan disini, mereka harus berlaku jujur. Jika memang disumbangkan, bilang disumbangkan. Bukan diam-diam seperti ini misalnya. Modus namanya.
Kalau di Richeese Factory cabang Bekasi buka jam 10 pagi.
temen aku ada yang pernah kerja jadi kasir di supermarket, dia bilang setiap bulan kalau hitung-hitungan isi kasir, sering minus, nah minus nya tersebut dipotong ke gaji kasirnya :'( dalam sebulan bisa minus 50.000, kan 50 juga lumayan, sebab gaji kasir ga seberapa. Nah mungkin kasir tsb takut ada minusnya, sebab kalo ga ada receh seratusan, dan ngasih 500an ke mbaknya, minusnya ke kasir 200.. gitu 🙂 hehe mudah2an tidak seperti menguliahi, hanya share dari sudut pandang kasirnya saja ^-^
Saya bekerja di salah satu retail / supermarket. jadi saya tahu persis kondisi seperti apa yg sedang di bicarakan. perlu di ketahui.. untuk jaman sekarang mencari uang receh pecahan 100 dan 200 amat sangat sulit. bagi customer mungkin hanya sebesar 300 atau 200 perak. tapi saya sbg kepala bagian keuangan sudah mencari k bank2 atau distributor2 dan memang sangat sulit sekali di dapatkan uang dengan pecahan trsebut. jika memang customer memaksa meminta agar uang kembalian sesuai dgn yg seharusnya. maka kasir kami yang terpaksa menutupi tekor tersebut. jadi saya harap mohon pengertiannya. jika tdk mau kembaliannya kurang. kasih aja kasirnya pecahan 100 atau 200 sehingga uang kmbalian bisa bulat mnjadi 500. sekian pendapat dari saya. semoga bermanfaat..
ia mba.. kl ga mau dkasih kembalian kurang.. kasih aja kasirnya uang pecahan 100 atau 200 supaya uang kembalian bisa bulat 500.
Saya tau gaji kasir gak seberapa. yang saya tekankan disini adalah jika memang tidak ada kembaliannya, kenapa gak dibicarakan kepada customber? Kenapa dianggap seperti tidak ada kembalian walaupun hanya 100/200 perak?
Itu duit lho.
Dan kalau saya tanyakan kembali, jika saya sebagai pelanggan, kurang 200 perak, apakah anda sebagai kasir diam saja dan merelakan hal itu? saya rasa tentu tidak.
Saya memang siap sedia recehan. Tapi apa salah saya jika kasih tersebut tidak menawarkan atau bertanya kepada saya 'apakah ada 300 atau 200 supaya kembaliannya bulat 500?'
Saya akui mencari recehan di jaman sekarang memang sulit.
Kalau saya kembalikan kepada kasirnya, bila saya kurang 200 perak, apakah kasir tersebut bersedia?
yang saya tekankan disini adalah tolong komunikasi kepada pelanggan. Bukan berarti tidak ada kembalian 200 perak tapi diam saja. Itu sama saja dengan korupsi kecil2an.
Mungkin anda hanya menemukan saya 1 orang yang komplain seperti ini.
Tapi jika ada 1 juta orang yang 200 peraknya tidak dikembalikan, apa yang terjadi?
Jika kasir tersebut mengkomunikasikan kepada saya, untuk minta 200 atau 300 perak supaya kembaliannya bulat, mungkin akan saya berikan. Tapi yang jadi permasalahan adalah, kasirnya tidak ada komunikasi apa2.
Iya…Emang jadi kebiasaan ini kayak gini.. 🙁
Aku sering diminta menyumbangkan kembalian recehan, tapi kubilang " TIDAK".. Di dlm dompetku tersedia byk recehan..jadi kalo si kasir berdalih gak ada recehan..nah..aku siap dgn recehan yg diminta.. Bukannya aku pelit, kalo masalah mau nyumbang kan sdh sering kulakukan dan itu utj orang yg teoat diberi sumbangan.. Trus kalo kita mau beli barang kalo kurang 100 perak pun gak dikasih kan? Begitu pula aku.. Kalo kembaliannya kurang 100 perak juga aku gak mau.. Salah sendiri yg jualan kenapa gak nyiapkan recehan ya? Atau harga yg dijual itu gak usah pake embel2 recehan..
Aku dulu pernah kerja di retail. Kasir selalu dikasih "modal" recehan untuk kembalian pembeli. Jadi, kalo kasir ga punya kembalian recehan, itu bukan salah kita. Sebagai perusahaan yang baik, mestinya mereka siaga. Aku juga males nyumbang-nyumbang dengan cara kayak gitu. Mending langsung ke orang atau lembaga yang udah aku percaya dan memang jelas membutuhkan.
setuju banget dengan mak Haya, nyumbang ke lembaga yg lebih jelas lebih nyaman
Sebenernya sih 300 perak gapapa sih kak ikhlasin aja ntar jg pasti diganti lagi sama Tuhan dengan rezeki yg lbh banyak lagi kalo kitanya ikhlas ketimbang harus ribut" sama kasirnya gitu kasian TT.TT lagian masalah uangnya mau disumbangkan beneran atau ga itukan urusan mereka kalo misalnya ga disumbangkan ya yg dosa jg mereka yg penting niat kitanya ikhlas aja pasti bakal dapet gantinya yg lbih banyak
Hmmm… ini sih bukan masalah keyakinan ikhlas atau gak ikhlas mba.
Tapi caranya itu yang saya tidak suka. Kalau memang tidak mau ada kembalian, harganya jgn dibikin ganjil.
Dan kalau memang tidak ada kembalian atau receh, the simple as that, tinggal konfirmasi lg ke saya, mba sya gak ada uang receh, gimana?
I think it's fair enough than she keep silent…