Drama%2BPengalaman%2BKedua%2BNaik%2BPesawat.jpg

[TravellingWithKids] Tips dan Cerita Pengalaman Kedua Naik Pesawat (Ekonomi) Bersama Anak

Setelah saya cerita tentang pengalaman saya naik pesawat yang pertama kali, sekarang saya mau naik pengalaman kedua saya naik pesawat, tepatnya sepulang perjalanan saya dari travelling mudik lebaran lalu.

Jadi ceritanya waktu saya pulang travelling itu, suami memesan tiket pulang ke Jakarta agak mepet-mepet Lebaran, jadinya harganya masih mahal banget. Pesannya satu minggu sebelum lebaran. Karena terpaksa mau gak mau ya kami memilih naik pesawat. Pesawat yang kami pilih yaitu pastinya dengan harga termurah dengan jadwal yang kami sepakati.
Sebenarnya kami mau pulang tanggal 10 Juli 2016, tapi apa daya tiket Surabaya – Jakarta muahalnya minta ampun! Akhirnya kami mendapatkan tiket pulang tanggal 11 Juli 2016 dengan Sriwijaya Air dan dengan jam penerbangan sore, yaitu pukul 17.45 WITA. Harga yang kami dapatkan saat itu dengan total sekitar 2,8 juta. Sebelumnya saya sudah mencari tiket kereta, supaya saving lebih banyak, tapi apa daya tiket kereta sejak sebelum lebaran sampai tanggal 15 Juli 2016 habis ludes terjual! Saya berpikir yah udahlah saya terpaksa naik kereta, walaupun itu hal yang mustahil, Narend yang gak bisa diem ini, tapi ternyata memang tiketpun gak ada. Akhirnya tiket pesawat mahalpun terpaksa kami beli. Yaiya masa iya kami gak pulang 😀

Foto tiket kalau ada nanti saya sertakan ya.
Jadi kami check out dari hotel D inn jam 11.30 siang. Karena jam 12 siang adalah batas terakhir check out. Jika lewat 1 menit saja akan dikenakan charge, hiks sedih ya. Ohya, kami memilih hotel D inn karena cuma hotel ini aja yang terdekat dengan bandara. Setelah check out kami bergegas menuju mall terdekat dengan bandara Juanda, yaitu Mall CITO. Menurut info yang saya dapatkan, dari mobil travel yang saya booked, si drivernya bilang seperti ini, “Pak, dari hotel D Inn ke bandara Juanda deket banget kok. Paling kalau naik taksi biayanya gak sampai 50ribu kok. Dan kalau mau pilih taksi usahakan yang Bluebird, atau gak yang orange ya, Pak. Karena taksi merk lain argonya kuda semua. (Argo kuda = Argonya loncat-loncat per berapa kilo).”
Tapi ternyata taksi yang kami kendarai tarif argonya adalah IDR 65ribu. Hiks. Ternyata jauh. Saya jadi ingat waktu saya ketemu Niar di mal TP, katanya kalau orang Surabaya bilang deket, jangan percaya, deketnya itu kalau hitungan orang Jakarta itu jauh. Ternyata saya amati, oh iya bener! Lol. Kalau orang Jakarta bilang deket ya beneran deket. Ahh dikira saya mah dari hotel ke bandara cuma belasan ribu, gak taunya melewati tol, alias jauh! Orang supir taksi Bluebirdnya juga bilang jauh. Yaahh …  kacau deh :)))

Kopdar Bersama Niar di Mal TP Surabaya

Tiba di Bandara Juanda
Kami tiba di bandara Juanda sekitar pukul 4.30 sore. Masih ada sekitar 1 jam lagi untuk kami check in dan sebagainya. Sebelum kami masuk ke gate checking barang, kami mampir ke Alfamart dulu untuk membeli Antimo. Lagi-lagi ini persiapan saya supaya saat di pesawat nanti gak mabok lagi. Kayak waktu berangkat dulu. Iyah, emang udik banget deh! Beli antimo gak cuma buat saya aja, tapi juga saya belikan untuk Narend. Karena jam keberangkatannya ini bukan jam tidurnya si Narend, saya khawatir dia cranky di jalan. Sesaat itu juga saya langsung meminumkan Antimo ke Narend. Karena saya berharap Antimo-nya akan bereaksi 1 jam kemudian, sama seperti yang saya rasakan sebelumnya. Alhasil Narend dalam waktu 15 menit kemudian tertidur.
Oke, kami masuk ke checking bag (bagasi). Setelah itu kami ke bagian menimbang bagasi. Tiba-tiba kami dikabarkan bahwa pesawat kami delay menjadi jam 18.45 WITA. hikss. Yah mau gimana lagi, akhirnya dengan terpaksa kami menunggu di ruang tunggu bandara. 
Karena kami belum sholat, akhirnya kami memutuskan untuk sholat ashar dulu. Untunglah ruang tunggu bandara Juanda di bagian keberangkatan itu nyaman banget! Beda dengan bagian kedatangan. Saya pikir itu sama, ternyata beda.
Saat kami membeli tiket pulang via online, saya lihat disana tertera akan diberikan meal. Karena kami baru pertama kali naik pesawat yang ada compliment seperti ini, jadi kami berpikir wah nanti kami akan dapat makan malam di pesawat. Jadi kami gak usah beli makanan lagi nanti. 
Jam 18.30 WITA – DELAYED!
Setelah sholat maghrib, kamipun menuju ke bagian boarding. Narend masih bobo. Sebelum menuju bagian boarding, saya sudah minum obat antimo-nya terlebih dahulu. Waduh disana penuhnya bejubel banget udah kayak pasar! Beda banget saat saya berangkat kemarin, yang sepi banget! Ohiya saya baru ingat, saya kan perginya jam 6 pagi, pantas aja gak seramai ini. 
Sebelum masuk, kami lagi mendapat kabar bahwa pesawat kami delayed! Tapi delayed-nya ternyata bukan di bagian flight saya aja, tapi juga di 3 penerbangan lain mengalami delayed. Pesawat saya mengalami delayed karena sempat tertahan di Kota Sampit-nya, kata pramugarinya demikian. Sontak seluruh calon penumpang ngomel-ngomel satu ruangan. 
Oke, lagi-lagi karena saya dan suami berpikiran akan dapat makan malam, akhirnya kami gak makan malam di bandara. Ah lumayan menghemat nih, pikir kami. 
Tiba-tiba saya merasa ngantuk luar biasa. Karena saya gak ngapa-ngapain plus juga saya udah letih sejak pagi, pengen istirahat, dan pengen banget tiba di rumah secepatnya, akhirnya karena sudah gak kuat, saya tertidur di ruang tunggu dekat boarding. Sementara Narend? Dia sudah bangun. Lari-larian dari ujung utara ke selatan. Ohemji! Bayangkan aja suami saya ngejar-ngejar dari ujung ke ujung. Kebayanglah capeknya kayak apa. Dan suami saya sengaja membiarkan saya tertidur disana, karena dia tau saya habis minum antimo dan memaklumi saya capek yang luar biasa,
Jam 19.30 WITA
Saya sukses tertidur selama 40 menit! Dan selama itu juga suami saya main kejar-kejaran sama Narend. Hiks, maafkan aku yah..
Pesawat akan berangkat pukul 19.45 WITA. Pukul 19.30 kami siap-siap menuju ruang boarding. Dan saya kaget, maygat ini ruangan udah kosong, tinggal saya bertiga suami dan Narend aja yang belum naik ke pesawat. Untunglah kami gak telat. Suami saya udah coba membangunkan saya dari 30 menit lalu tapi sayanya kebo banget katanya! Yah maklumin ajaa, kan abis minum antimo, gila ngantuknya parah banget! 
Karena delayed saya dan suami mengambil meal sebagai compliment telat 2 jam.
It’s Time To Take Off!
Saat kami ingin mencari seat, suami saya membaca kembali tiket yang kami dapatkan. Kami kaget ternyata seat kami bertiga pisah-pisah! Saya kaget 100%! Duh, bagaimana ini? Saya gak kuat menjaga Narend sendirian dengan kondisi kepala berat karena ngantuk luar biasa? Sementara suami saya jug agak kuat menjaga Narend sendirian? Bingung siapa yang jaga Narend ini?
Akhirnya saya memutuskan saya yang menjaga Narend saja. Untunglah seat yang saya tempati sampingnya masih kosong. Jadi Narend saya dudukkan di samping saya. Sesaat kemudian orang yang punya seat (wanita berjilbab berusia kira-kira 20 tahunan) tersebut datang dan bengong, seolah-olah bilang dengan tatapan matanya ke saya, “Itu seat gue kok didudukin yah?” Dengan sigap pramugarinya bilang, karena dedenya masih kecil gak bisa duduk sendiri, harus ditemani bareng mamanya, jadi harus duduk di samping mamanya. Jadi mba mungkin bisa berpindah kesini (sambil menunjukkan seat yang kosong punya Narend). Untunglah dia gak complain apa-apa dan mengiyakan apa kata pramugari tersebut. 
Drama dimulai…
Seperti biasa, sebelum pesawat take off, pihak pesawat akan mengumumkan security flight jika terjadi bahaya. Saat itu kondisi semua penumpang sudah memakai seat belt, termasuk si Narend. Karena saya dan suami duduknya pisah, akibatnya segala mainan (tab), makanan kesukaan Narend ada di suami. Duduk kami bersebrangan. Suami saya keluar masuk untuk memberikan makanan dan minuman Narend sedikit agak mengganggu penumpang di sebelahnya. 
Mulai saya udah gak  bisa istirahat. Narendnya cranky jerit-jerit, mau dilepasin seat beltnya. Oke saya jelasin dulu ya seat saya. Posisi dari jendela yaitu urutannya saya – Narend – penumpang cewe (sekitar 20 tahunan). Jadi Narend posisinya di tengah. 
Untunglah saya masih punya roti yang tadi saya ambil untuk compliment. Karena untuk 3 seat, roti compliment tadi kami mengambilnya 3 porsi. Saat pesawat ingin take off dan Narend-nya bikin berisik 1 pesawat, saya berikan roti tersebut untuk Narend. Alhamdulillah saat pesawat take off, narendnya gak maksa-maksa untuk bangun dari seatnya dan mau mencoba untuk makan rotinya.
Saat sudah di udara, narendnya kembali cranky. Segala mainan yang ada di saya (seperti mobil-mobilan kesayangan, jam tangan dan sebagainya), saya berikan ke Narend sebagai pengalihan. tapi ternyata hanya bertahan beberapa menit saja. Saat Narend mulai cranky kedua kalinya, langsung saya kasih roti supaya dia mau makan terus.
Untunglah Narend doyan banget akan roti, mungkin menurun dari maminya, Jadi saat dia sudah tidak bisa dikendalikan, saya berikan roti sampai 3 kali. Rotinya habis, lanjut cranky lagi 🙁 Gitu-gitu aja terus sampai penumpang sebelah Narend merasa terganggu gak jadi tertidur pulas, sampai pesawat tiba di bandara Cengkareng. Coba bayangkan penderitaan saya selama satu setengah jam oleh rengekan anak ini.
Kayaknya ini semua salah perhitungan kami. Yang seharusnya Narend tertidur, ini malah segar bugar saat berangkat. Dan saya juga baru tahu bahwa pesawat yang kami naik itu adalah kelas ekonomi. Karena lorong antar seat itu sangat berdekatan. Dan jarak kaki ke depan itu sempit luar biasa. Saya baru tahu itu kelas ekonomi saat saya buka tiket online di salah satu penerbangan, kalau dengan harga tersebut adalah ekonomi class. Yah ibaratnya sama seperti kita naik kelas ekonomi di kereta ya. 
Mungkin menurut pengalaman yang pernah saya alami, saya bisa sharing kalau penerbangan dengan anak kecil :
1. Sehari sebelum keberangkatan, 1 hari sebelumnya pastikan ke maskapai penerbangan kita, bahwa seat kita tidak terpisah-pisah. Saya juga baru tahu setelah suami saya bertanya kepada pihak maskapainya.
2. Kalau anak kita cranky, petakilan dan benar-benar gak bisa diam, pastikan jam keberangkatan pesawat adalah benar-benar di jam tidurnya. Karena kalau gak, bisa-bisa terjadi seperti yang saya alami itu.
3. Sebelum naik ke pesawat, siapkan mainan atau makanan kesukaan si kecil. Siapkan juga minuman kesukaan. Kalau anak kita susu, siapkanlah susu. Pokoknya buatlah perutnya kenyang sebelum naik ke pesawat. Perut yang kosong akan membuat dia cranky selama perjalanan.
4. Jika ingin minum antimo, minumlah saat di ruang boarding saja. karena jika 1 jam sebelum keberangkatan dan ternyata delayed, anak kita bukannya tidur pada saat di pesawat, malahan tidur di jam delayed tersebut. Matilah kita :))

5. Kalau tidak terpaksa, jangan pesan pesawat yang harga ekonomi (kalau memang anak kita gak bisa diam sama sekali), dan belum bisa compromize dengan keadaan pesawat yang kurang comfy. Sebaiknya pesan saja pesawaat yang sekelas Citilink atau Batik Air-lah dari jauh-jauh hari supaya bisa dapat harga yang tidak terlalu mahal.

6. Kalau si kecil punya bantal, barang kesayangan atau suka dengan permen siapkan saja, kalau seandainya nanti cranky di tengah jalan. Yang sekiranya tidak boleh oleh kita, kali ini mohon dimaklumi ajalah. Karena anak cranky dalam oesawat itu sungguh-sungguh MEREPOTKAN! Dan mengganggu penumpang lainnya pastinya.

Duh sungguh kapok deh bawa anak yang gak tidur di jam penerbangan. Walaupun saya sudha diberi tahukan temen saya sebelum keberangkatan, akan bawa perintilan macem-macem saat nanti naik pesawat, tapi keadaan berubah hanya gara-gara seat kami pisah-pisah 🙁

Yah sudahlah. Ini jadi pelajaran kami kedua naik pesawat. Semoga dengan ini kami belajar bisa lebih antisipasi kemungkinan lainnya.

Nah, segitu aja dulu yang bisa saya sharing pengalaman dan tips dari saya. Kalau ada tips lain bisa lho di share ke saya. Supaya saya bisa nambah ilmu 🙂

Semoga bermanfaat ya.

4 Responses

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *