Home Credit

Berkat Home Credit, Segalanya #BisaJadiJADIBISA

 

“Kalau bisa beli barang itu sebisa mungkin cash deh, jangan kredit!”

“Ya gapapa dong, selama barang tersebut produktif kan?

Mungkin diantara kalian sering mendengar komentar seperti ya kan? Tapi sebenarnya kalau kita bisa memanage keuangan dan pinjaman kita dengan baik, kredit itu gak melulu kebiasaan yang negatif kok. Justru pemahaman seperti ini yang harus kita luruskan nih. Malah bisa jadi produktif lho? Baik akan saya jelaskan ya.

Hari Kamis, 27 Oktober 2022 lalu saya berkesempatan hadir di acara blogger gathering bersama Home Credit di Eatery & Bar, Hotel Century, Jakarta. Acaranya masih ada korelasi dengan literasi keuangan. Bagaimana Home Credit hadir supaya masyarakat bisa tercapai semua tujuan hidup tapi juga sekaligus mengedukasi para pelanggannya. Menghadirkan 3 nara sumber yaitu Pak Sheldon Chuan selaku Chief Marketing & Digital Officer Home Credit Indonesia, Ajisatria Suleiman selaku Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) dan juga CEO Finansialku.com Melvin Mumpuni.

Literasi Keuangan vs Inklusi Keuangan

Sebelum saya jelaskan lebih jauh, saya mau jelaskan dulu nih, perbedaan dari keduanya, kalian sudah tahu belum? Literasi keuangan adalah tingkat pemahaman masyarakat tentang produk-produk ataupun jasa keuangan. Sedangkan inklusi keuangan adalah tingkat akses masyarakat terhadap produk ataupun jasa keuangan. Dan saat ini inklusi keuangan di Indonesia baru mencapai 85,1% di tahun 2022 ini, meningkat dari tahun 2019 sebesar 76,19%. Sedangkan literasi keuangan di Indonesia mencapai 49%. Data ini diambil dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan), meningkat dari tahun 2019 sebesar 38,03%. Antara literasi dan inklusi keuangan masih ada selisih sekitar 35,42%.

Data Inklusi Keuangan

Apa saja sih yang menjadi keterbatasan akses dan rendahnya kualitas kredit konsumen? Pertama, karena rendahnya jangkauan kartu kredit konsumen (saat ini masih kurang dari 6%), dan kedua, utang rumah tangga selama masa Covid19. Ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh pandemi mengakibatkan turun atau hilangnya pendapatan secara drastis, sehingga mendorong rumah tangga untuk mencari alternatif pinjaman untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. So untuk itulah Home Credit Indonesia, sebagai perusahaan pembiayaan berbasis teknologi hadir untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan masyarakat Indonesia demi tercapainya tujuan-tujuan hidupnya. Kebetulan juga di bulan Oktober ini diperingati sebagai Bulan Inklusi keuangan.

Sekilas Tentang Home Credit

Home Credit adalah perusahaan pembiayaan berbasis teknologi yang menyediakan pembiayaan untuk konsumen yang ingin membeli barang-barang impian seperti gadget dan smartphone, barang-barang rumah tangga, peralatan elektronik dan juga furniture.

 

Home Credit berdiri sejak tahun 2013, sudah melayani lebih dari 5,5 juta pelanggan dan memiliki lebih dari 22.000 titik penjualan (data dari April 2022). Mitra home Credit adalah produsen dan peritel offline dan online seperti Samsung, Vivo, Blibli, Bukalapak, dsb. .

Pak Sheldon Chuan, sebagai Chief Marketing dan Digital Office Home Credit Indonesia menjelaskan bahwa Home Credit memiliki program-program yang mengajak seluruh masyarakat untuk lebih mengenal berbagai produk dan layanan keuangan dari Home Credit disertai informasi keuangan secara menyeluruh. Apa saja program tersebut? Yaitu serangkaian pameran belanja multiproduk dan edukasi keuangan yang dinamakan PESTA 2022 diiringi konten-konten  digital untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat secara luas. PESTA 2022 tersebut sudah diadakan di kota Bandung (23-29 Oktober 2022), Medan (31 Oktober – 6 November), dan Manado (22 – 28 Oktober). Home Credit juga mengajak para mitra usahanya dan komunitas lokal untuk ikut berpartisipasi seperti komunitas pesepeda Bandung yang akan melakukan fun bike sambil mengumpulkan sampah plastik daur ulang. Untuk di kota Medan juga ada acara edukasi keuangan.

Sheldon Chuan

Visi Misi Home Credit

Dengan mengusung semangat baru dengan slogan #BisaJadiJADIBISA, Home Credit hadir untuk membantu pelanggan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat melalui pembiayaan yang bertanggung jawab. Home Credit juga mengusung penerapan ESG sebagai bisnis operasionalnya. Yang dimana inti penerapan ESG tersebut adalah pentingnya inklusi dan literasi keuangan.

 

Home Credit juga ingin para masyarakat bisa memiliki akses produk keuangan yang transparan, mudah diakses dimana saja, prosesnya cepat, serta diiringi dengan pemahaman bagaimana mengelola keuangan dan pinjaman secara bijak.

 

Ajisatria Suleiman, sebagai Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), mengatakan bahwa layanan keuangan perlu dikelola secara khusus oleh perusahaan keuangan supaya pelanggan bisa meningkatkan literasi keuangan pribadinya. Ini sangat penting mengingat belum semua lapisan masyarakat sudah melek keuangan dan bisa mengakses produk keuangan dengan mudah. Mas Aji juga mengatakan, semua pihak harus bekerjasama dengan baik supaya tujuan hidupnya tercapai.

Literasi Keuangan

Lalu nara sumber kedua yaitu ko Melvin Mumpuni, beliau adalah perencana keuangan sekaligus CEO Finansialku. Ko Melvin (demikian saya memanggilnya kebetulan juga saya salah satu member di Finansialku) 😊 di awal sharingnya sempat melontarkan pertanyaan, saat ini darimana orang bisa mendapatkan akses tentang literasi keuangan? Terlebih lagi di masa pandemi? Rata-rata para audience menjawab melalui webinar ataupun youtube. 

Melvin Mumpuni

Yes thats right! Sayapun termasuk salah satu praktisi keuangan yang sering sekali menghadiri webinar ataupun sesekali mengisi konten saya atau menjadi nara sumber yang berhubungan dengan keuangan melalui webinar (zoom). 

 

Lalu ko Melvin juga sempat sharing konsep dasar tentang piramida keuangan, yang dimana saya juga meyakini masih banyak orang yang belum memahami konsep ini. Perhatikan bagan yang dibawah ini.

Piramida Keuangan - Home Credit

Base 1 : Cashflow, dana darurat, pinjaman

Base 2 : Manajemen Risiko

Base 3 : Tujuan Keuangan

Base 4 : Rencana Pensiun

 

Terlihat ya bahwa base 1 atau sebagai pondasi awal adalah cashflow, dana darurat dan pinjaman. Dimana jika kita memiliki cashflow (arus kas) yang lancar, punya dana darurat juga, berarti keuangan kita sudah dikategorikan sehat. Nah disini pinjaman berada di base 1 (pondasi piramida keuangan). Selama kita memiliki porsi pinjaman yang tidak melebihi pengeluaran yang dimana besarnya maksimal 30% dari penghasilan, keuangan kita masih dikategorikan sehat. Jadi tidak semua pinjaman itu berarti buruk. Disini kita semua harus bekerjasama, seperti tujuan dari Home Credit dengan memberikan edukasi pelanggan supaya bisa mengelola cicilannya dengan baik. Mas Melvin mengatakan bahwa perencanaan keuangan itu bisa dibuat jika seseorang sudah memiliki literasi keuangan yang baik, sehingga bisa membantu tercapainya semua kebutuhan masyarakat. Tapi jangan lupakan juga manfaat serta resikonya secara bersamaan.

Financial Check up - Home Credit

 

Saat ini kita sudah diberikan kemudahan untuk mengakses berbagai produk keuangan dan begitu banyak platform yang bisa kita pelajari terutama dalam hal money management. Salah satunya Home Credit yang secara rutin memberikan konten edukasi keuangan melalui sosial medianya.

Home Credit

Kalau kalian ingin mendapatkan insight terbaru seputar edukasi keuangan, bisa follow sosial medianya di @Homecreditid ya.

 

Finally tiba di akhir sharing saya seputar acara yang saya hadiri beberapa waktu lalu. Semoga apa yang sharing bisa bermanfaat ya teman-teman.

Home Credit

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *