Nah dari pengalaman orangtua saya bahwa mendidik anak harus keras dan displin mungkin tidak cocok untuk orangtua lain, karena dalam mendidik anak, setiap orang tua pasti punya style masing-masing, kalau saya dan suami menerapkan style Reward and Punishment, yang artinya jika Narend achieve something maka kami akan memberi reward, tapi jika Narend tidak mau menurut maka akan dikenakan punishment.
Punishment
Sebelum berbicara reward, kita bicara tentang punishment terlebih dahulu. Tenang gak serem kok, punishment disini bukan berarti anak akan di serahkan ke polisi lalu di penjara 🙂 Untuk anak umur 3 tahun seperti Narend, punishment yang diterimanya seperti :
1. Tidak boleh main tablet seharian
2. Tidak boleh nonton film kartun
4. Stay di rumah saat saya dan suami keluar rumah
4. Tidak boleh bermain saat jalan bersama
Ingat ya, punishment kepada anak itu berbeda-beda karena beda anak beda perlakuan, tidak hanya dari umur, tapi juga dari kebiasaan, umur, hobi sampai tinggal kebandelan 🙂
Reward
Nah kalau reward, juga gak terlalu sulit kok, gak berlebihan seperti juara 1 nasional lego atau juara 1 nasional spelling tingkat internasional. Tapi malahan Narend menerima reward dari hal-hal yang biasa seperti :
1. Bisa makan sendiri dan menghabiskan makanannya
2. Tidur tepat waktu
3. Bisa mandi dan memakai pakaian sendiri
4. Bisa menahan pipis dan pup
Dan masih banyak hal lain, yang menurut orang, hal itu kecil, tapi menurut saya hal itu pantas mendapatkan reward. Reward yang saya berikan ke Narend beraneka ragam mulai dari ngasih Tablet mengajak jalan-jalan ke tempat mainan (gak beli loh ya, cuma windows shopping), main di playground mall (maklum emak-emak cari yang gratisan) sampai seharian (yup full day dari pagi sampai malam), ngajak Narend main terus.
The Promise
Beberapa bulan lalu, pertama kali saya sebagai orang tua merasakan menerima raport hasil belajar Narend. Waktu ketemu bu Ima (gurunya Narend), sempet nervous banget, karena saya sempat melihat anak-anak lain yang umurnya 2.5 – 3 tahun mereka sudah bisa berbicara lancar, sedangkan Narend belum bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat yang jelas. Tapi alhamdulillah, saat menerima raport, bu Ima mengatakan bahwa “Narend termasuk anak yang aktif dan cepat menangkap pelajaran, sudah bisa menyebut angka 1-30 (umumnya anak lain angka 1-10), sudah bisa menyebutkan angka 1-10 dalam bahasa inggris (umumnya anak umur 3-4 tahun baru bisa), sudah bisa menggunting lurus walau agak pelan-pelan, sudah bisa membedakan dan menyebutkan warna dan bangun ruang secara sempurna dalam bahasa inggris (umumnya anak umur 3-4 tahun baru bisa)”.
Walaupun ada beberapa PR dari bu Ima “Narend belum bisa menulis dengan jelas, jadi tulisannya kurang jelas, dan kalau mewarnai bentuk masih keluar dari garis“, setidaknya apa yang saya kawatirkan sudah terjawab kalau tumbuh kembang Narend sudah sesuai umurnya. Karena itu saya dan suami memutuskan untuk memberi reward ke Narend yaitu main seharian.
Tips Ngajak Anak Main Seharian
Susah-susah gampang loh ngajak anak main seharian, nah saya berikan beberapa point penting:
1. Pilihlah mainan anak yang tepat
![]() |
Narend main di Playground – Doc: Pribadi |
2. Pilihlah mainan anak yang aman
Tidak semua mainan anak itu cocok, terkadang ada mainan yang tidak cocok jadi tidak aman untuk sebagian anak, jadi pilihlah mainan anak sesuai dengan umurnya.
![]() |
Mainan perosotan yang agak tinggi – Doc: Pribadi |
3. Selalu bawa obat-obatan
Sudah menjadi rahasia umum, anak-anak mudah terserang penyakit, namun alhamdulillah Narend tipe anak yang kekebalan tubuhnya bagus, jadi jarang sekali sakit, namun tetap saja, minimal saya kemana-mana membawa Tempra Syrup sebagai obat panas, agar anak bisa segera pulih.
![]() |
Untung bawa Tempra – Doc: Pribadi |
Semoga tips dari saya berguna ya, memang benar kita bisa melepas anak agar bisa bermain mandiri dan bersosialisasi, namun akan lebih baik kita bisa memantau anak dari jauh untuk memastikan anak bermain dengan aman dan nyaman 🙂
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Tempra yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho. Artikel ditulis berdasarkan pengalaman dan opini pribadi. Artikel ini tidak dapat menggantikan hasil konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional.