Bersambung dari yang kedua.
Dan suami saya jadi dicap bahwa BEKERJA DI KANTORAN HANYA SAMPINGAN. Karena saya sudah mempunyai bisnis yang sudah terbilang sukses. Saat disitu rasanya saya ingin NAIK DARAH. Suami saya yang kerja banting tulang untuk penghasilan utama dibilang hanya sampingan aja??
Belum lagi selesai saya menahan kesal, tiba-tiba di tengah obrolan saya dengan si Ochi ini, ada salah satu salesnya yang duduk di meja tengah bilang seperti ini dengan nada agak keras sambil berdiri di tengah ruangan (Dan ternyata itu adalah manager dari perusahaan ini)
MOHON PERHATIANNYA SEJENAK SAAT INI, PADA HARI SABTU TANGGAL 13 JUNI 2015 KITA MENDAPATKAN 1 MEMBER BARU YAITU KELUARGA XXX. DENGAN BEGITU SAYA UCAPKAN SELAMAT KEPADA KELUARGA XXX TELAH BERGABUNG BERSAMA ****VACATION CLUB.
Saat si manager itu bilang seperti itu, semua hening sejenak, benar-benar menghentikan aktivitas masing-masing. Dan setelah mendengarkan pengumuman itu, semua orang-orang (salesnya) langsung tepuk tangan bahagia.
Saya langsung melihat raut wajah dari suami saya. Wajahnya langsung curiga, dan dahinya pun mengerut penuh tanya. Dan suami saya langsung meminta kepada Ochi untuk melanjutkan presentasinya.
Belum sempat dilanjutkan, kemudian salah seorang sales lainnya, berdiri di depan dan meminta perhatian audience untuk menyimak pemutaran video sebentar. Ochi pun terdiam dan menyuruh kami untuk menyaksikan sejenak. (Ahhh mungkin ini kali ya peluncuran apartemen barunya? AHh kenapa gak daritadi ya? Pikir saya dalam hati).
Sebentar.. Tunggu dulu! Oh em ji, ternyata BUKAN! Video ini adalah video presentasi perusahaan mereka. Dalam video itu diceritakan betapa mudahnya untuk liburan, gak pakai uang dan sebagai-sebagainya.
Ooooh emjii… harus berapa lama lagi saya di ruangan ini? 🙁 Pemutaran video mungkin ada sekitar 5-8 menit.
Saat semua audience melihat tayangan video ini, si Ochi ini ke belakang ruangan dan sepertinya dia memanfaatkan waktu untuk berkonsultasi dengan managernya sekaligus untuk makan. Ini menurut pemikiran suami aja.
Setelah saya makan, piring-piring kotor masih terdapat di meja kami. Tapi Ochi ini rela membawanya ke belakang ruangan satu persatu. Agak aneh juga sih. ternyata suami saya memperhatikan gerak gerik si Ochi ini. Ternyata si Ochi ini setiap kali ke belakang ruangan dia meminta nasehat ke managernya ini 🙁
Saat mengangkat tissue kotor bekas muntahan Narend, dia nampak jijik dan sebenarnya gak mau pegang. Kelihatan banget kalau si Ochi ini sangat tidak suka dengan Narend dan dia memaksakan diri untuk menyukai anak kami, Narend.
21.30 WIB
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.30. KTP saya masih ditahan (dari jam 19:00 sampai jam 21:30 harus verifikasi KTP, OMG). Suami saya nampaknya sudah muak. Akhirnya suami saya meminta KTP nya kepada si Ochi ini (catet loh, ini meminta KTP jam 21.30), Ochi berusaha terus menurunkan budget cicilan sampai titik terendah. Singkat kata, akhirnya Ochi karena kewalahan, dia meminta supaya kami berbicara kepada managernya.
Odi : Selamat malam Bapak Eko Dan Ibu Caroline (sambil membaca form yang saya isi sebelumnya waktu sebelum masuk ruangan). Saya Odi Manager dari ****Vacation Club. Menyambung dari pernyataan Ochi, bapak masih terganggu yah dengan budget yang ditawarkan Ochi? Bagaimana kalau…… (bla..bla.. bla.. intinya mengulang aja apa yang dikatakan Ochi). Pak Eko tertarik dengan paket liburan yang mana?
Suami : Gak pak, saya bukannya tidak tertarik. Jujur memang ini murah. Tapi gak saat ini ya pak. Jujur saja kami kaget dengan penawaran ini. Masa kami harus memutuskan mengambil keputusan ambil paket liburan yang 169juta dalam waktu beberapa jam??? Itu gak gampang pak! Kami perlu diskusi dulu!
Odi : Gak pak. Bapak gak perlu membayar cash 169 juta langsung, ini bisa dicicil pak. Cukup membayar DP nya saja (kalau gak salah dia sempat menyebut 88 juta deh). Lupa-lupa inget. Nah, sisanya bisa dicicil pak. Kira-kira bapak tertarik paket yang mana?
Suami : Jujur aja saya memang tertarik paket chairman ini.
Odi : Oke kalau gitu, berarti kita deal ya pak dengan paket chairman ini??
Suami : Saya gak pernah bilang deal ya. Saya cuma bilang, saya memang tertarik dan murah paket chairman ini. Tapi bukan berarti saya ambil ya.
Odi : Ini selama 25 tahun lho pak. Anak cucu bapak bisa memakai paket liburan ini. Dan bayarnya gak perlu pakai uang. Cukup pakai poin saja.
Suami : Iya paaak. Saya tauuuu. Sistem pemotongan poin ini saya juga udah ngerti. Tadi udah dijelasin di awal oleh mba Ochi. Tapi bukan berarti saya ambil hari ini juga?! Sayanya ngerti. Cuma istri saya ini gak ngerti. jadi saya harus jelasin dulu ke istri saya sistem poin-poin ini. Jadi saya perlu diskusi duluu. Kalau saya dikasih waktu 2-3 hari yaudah gapapa!
Odi : Wah, gak bisa pak. Harus hari ini. Karena limitnya hari ini.
Suami : Ya gak bisalah! Itu kan bukan dana yang kecil pak!
Odi : Oh iya pak. Kalau sampai mengganggu cash flow bapak, Odi saranin sih jangan pak.
Suami : Nah, itu tau! Kenapa daritadi maksa-maksa saya ambil paket yang ini yang itu sekarang juga?
Odi : Maksud Odi, ambil yang paket yang paling murah aja pak. (Disitu ada pilihannya ke bandung 25 tahun bayar 45 juta, ke seluruh Indonesia selama 25 tahun bayar 62 juta, dan sebagainya saya gak ingat). Odi tegaskan disini, kami tidak ada pemaksaan lho pak. Bapak dan Ibu yang dateng kesini sendiri kan? Kami tidak memaksa kan?
1 kata saat denger kayak gitu KAMPRET BENER! Bener-bener SIAL kita dateng kesini. Buang-buang waktu!
Ah gile aje ke Bandung 45 juta. Mending juga saya kesana ketengan deh daripada paket?! Belum tentu juga saya ke Bandung selama 25 tahun penuh kan?! Gile aje. Mau inflasi atau gak, ya itu resiko. Kalau saya dan suami tipe orang yang menabung duluan untuk keperluan sesuatu barulah di tahun atau bulan ke sekian barulah kami pakai.
Odi : Jadi bapak gak deal nih hari ini?
Suami : Ya gaklah! Dari awal juga saya juga datang kesini memang bukan buat itu.
Odi : Okeh, kalo gitu. Saya serahkan lagi kepada Ochi.
Si manager Odi ini merasa kewalahan menanggapi kami. Akhirnya kami ditangani kembali oleh Ochi.
Ochi : Jadi gimana pak?
Suami : Saya bilang kan gak daritadi??
Ochi : Ambil yang paling murah aja pak. Sayang lho! Penawarannya cuma hari ini aja.
Suami : Mau hari ini aja kek. Mau murah banget kek. Tetep gak mba! Sekali lagi ya saya bilang, saya dan istri itu kesini atas undangan si mba Tika di telepon. Katanya ada peluncuran apartemen. Saya kesini itu sebagai seorang Blogger. Saya mau meliput dan mau saya masukkan ke dalam blog saya. Tapi kalau kejadiannya begini ya lain lagi saya masukan ke dalam blog saya mba!
Ochi : Oh gitu ya? Berarti saya salah dong menawarkan ke Bapak dan Bunda?
Suami :Ya salahlaah! Dari awal juga gak ada pembicaraan kayak gini mba! Kenapa gak nawarin via telp aja, biar gak salah mba.
Ochi : Iya pak. Kami memang dilarang menawarkan produk seperti ini via telepon.
Saya : Lagipula ya mba, saya tidak ada pemberitahuan apa-apa soal penawaran liburan ini ya dari si mba M ini.
Ochi : Yaiyalah bun, ibu M gak akan bilang. Sebenernya sih saya juga gak boleh bilang apa-apa bun. Bahwa yang berhak merekomendasikan adalah orang yang telah join jadi member di group kami.
Suami : Jadi, si Ibu ini sudah join disini?
Ochi : Sudahlah pak. Minggu lalu. Makanya dia bisa merekomendasikan bunda sama bapak. Kalau belum jadi member gak akan bisa merekomendasikan pak. Kami punya ribuan database orang pak. Kami tinggal contact aja satu persatu untuk kami berikan penawaran seperti ini. Nah kenapa ibu M merekomendasikan bunda, karena setiap orang yang mengambil paket dari rekomendasi dia berhak mendapat 5% sebagai incomenya. Dan simple kok bunda, nanti kalau sudah jadi member, bapak tinggal rekomendasikan orang lain, biar ochi yang presentasi, kalau deal, nanti bapak gak usah bayar cicilan bulanan.
Saya : Oh gitu Tapi teman saya kenapa gak bilang apa-apa ke saya soal ini?
Ochi : Yaiyalaaah bundaaa. Dia gak bilang. Sebenarnya saya juga gak boleh buka kartu sih nih. Bunda juga bisa kok bun merekomendasikan oranglain kalau jadi member untuk dapet fee 5% nya. Lagian hari gini ada undangan kayak gini, makan gratis di hotel, gak ada apa-apanya, ya gak mungkinlah bun. Pasti ada apa-apanya. Pasti ujung-ujungnya ditawari sesuatu. Pasti ujung-ujungnya berhubungan dengan duit. Hanya orang bodoh dan polos aja yang gak tau.
Denger kata-kata begitu rasanya kenapa gak etis yah di telinga kami? Menganggap kami seakan-akan bodoh dan gak tau apa-apa. Oke anggap aja saya bodoh. tapi sebagai calon customer dia sama sekali gak berhak menjudge apa-apa terhadap kondisi dan keputusan kami. Saat itu pula saya sudah naik pitam, sudah marah tidak tertahankan lagi dan ingin mengajak suami saya untuk segera pulang!
21.45 WIB
Suami : Gini aja deh mba. Saya gak perlu panjang lebar deh ya, saya tidak mau tawaran dari mba. Saya minta KTP saya dan istri.
Ochi : Bentar ya pak. Tadi sih untuk di validasi dengan voucher hotelnya. (Validasi mbahmu! Mana ada validasi hotel pake KTP sampai selama ini? Lagipula saya yakin 100%, KTP kami diminta gunanya supaya kami stay disitu sampai kami deal dan gak ngabur, coba kalau ditengah-tengah presentasi kami kabur, KTP kami masih disana kan)
Suami : Cepet ya mba. Soalnya anak saya udah harus tidur, tadi jam 9 sudah tidur, jam 9.30 terbangun lagi karena lagunya keras sekal dan jam segini sudah jauh lewat jam tidur dia.
Saya : Iya, dan tadi dia juga gak makan. Disini gak ada makanan yang layak untuk dia mba.
Ochi : Jadi bapak gak jadi ambil yah?
Suami : Gak mba! Saya harus bilang berapa kali ke mba sih? ANAK SAYA TIDAK MAKAN MALAM dan SUDAH LEWAT JAM TIDUR DIA
Ochi : Abis, kemarin ada yang bilang, kalo hari ini ada yang dateng trus ambil paket dan deal ke kami.
Suami : Siapa mba?
Ochi : Ya itu teman bunda itu.
KAMPRET kan??
Ochi : Doain ya bunda, ochi gak diboongin sama customer kaya sekarang
Suami : Jadi maksud mba, kami menipu mba gitu?
Ochi : Ya gak gitu sih pak. Tapi kemarin ada yang bilang bakal deal 🙁 (Dia pasang muka cemberut) Saya sihudah sebodo amat.
Teman, kalau saya mau jahat, saya bisa aja kasih nomor telepon teman-teman saya semua. Saya punya hampir semua nomor telepon teman-teman saya. Karena mayoritas saya berhubungan via WA. tapi apakah semudah itu? Gaklah. Saya tidak mau mau menjual nomor telepon hanya ingin mendapatkan rupiah, alias cicilan saya dibayarkan dengan kompensasi memberikan nomor telepon oranglain.
Ohya, di awal Ochi sempat bertanya pekerjaan saya apa. Di samping saya bilang berbisnis, saya bilang saya juga adalah seorang blogger. Dan dia sempat bertanya berapa gaji dari seorang blogger. Rasanya itu sudah melanggar kode etik interview ya?? Dia bukan siapa-siapa saya bertanya hal yang sensitif dan pribadi ?
Flash back sedikit…
Ochi : Bunda kerjanya apa?
Saya : Saya entrepreneur dan blogger.
Ochi : Blogger itu apa bun? Penghasilannya gede ya bun?
Saya : Gede lah. Hanya cuma bermodalkan menulis saya bisa menjadikan ini mata pencaharian saya.
Ochi : Iih enak banget dong yah? Ochi mau dong kayak gitu…
Saya : Iya dong enak. Sambil ngasuh anak, ngurusin bisnis, bisa sambil mengisi waktu luang dengan menulis.
Ochi : Bisa kerja dimana aja dong tuh yah bun?
Saya : Iya bisa.
Ochi : Biasanya nulis apa aja sih bun?
Saya : Ya apa aja saya tulis. Termasuk acara hari ini.
Ochi : Wah gajinya berapa sih bun kalo blogger itu?
Saya : Yah rahasia dong itu!
Ochi : Yaelaah bun, masa sama Ochi aja pake rahasia-rahasiaan segala sih? Jujur aja juga gapapa kok. (Disini saya sudah mulai sadar bahwa dia bertanya akan sesuatu yang tidak etis saya jawab dengan jujur)
Saya : Saya gak bisa bilang nominalnya berapa. Yang pasti bisa menggantikan gaji saya di kantor. Titik.
Ochi : Kira-kira ada gak 10 juta bun?
Saya : Iya ada. tapi saya belum sampai nominal itu.
Ochi : IIh asik ya?
Asik-asik mbahmu! Saya benar-benar kesal dengan pertanyaan itu. Dan sangat-sangat merasa terganggu! Dan pertanyaan demi pertanyaan lain saya langsung tutup mulut dan mengganggap bahwa semuanya ini sudah tidak benar!
Sudah jam 22:00 malam dan KTP kami masih ditahan juga….:(
Bersambung ke part IV (terakhir).