Oline%2Bhari%2Bpertama%2Bmelahirkan.jpg

Ceritaku Pengalaman Pertama Menyusui

Kalau ditanya, hal apa yang paling membahagiakan dari menjadi seorang wanita? Pasti saya akan menjawabnya adalah bisa melahirkan dan menyusui.  Karena 2 hal itulah yang hanya bisa dirasakan oleh seorang wanita 🙂

Hari Pertama Melahirkan dan selesai IMD
Saya merasakan nikmatnya menyusui yaitu pada waktu sesaat setelah melahirkan baby Narend, tepatnya 9 bulan lalu. Diawali dengan proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Saat saya hamil, saya memang bertekad penuh bahwa jika pada suatu saat saya melahirkan bayi saya sehat walafiat, insyallah saya ingin IMD. Dan alhamdulillah pada waktu itu IMD saya sukses selama 1 jam penuh! 🙂 Subhanallah ya. Saya juga gak pernah nyangka lho 🙂 Dan Narend juga gak perlu waktu lama untuk mencari puting atau colostrum saya. 
Narend berusia 5 bulan
Hmm.. kalau ditanya, gimana rasanya menyusui? Huahaa… Pertama kali saya merasakan menyusui itu rasanya aduhai, sakiiit boo.. Ya namanya juga ibu baru. Baru punya bayi, pastinya belum tahu bagaimana pelekatan yang baik dan benar seperti apa. Kata orang, gosipnya kalau punya anak cowo itu pasti menyusuinya kuat banget. Ah iya, apa benar ya, pikir saya. Nah, setelah saya melahirkan saya baru deh merasakan.Ternyata itu beneran lho 🙂  
Sejak Narend lahir, hisapannya ternyata kuat banget lho. Di hari kedua saya melahirkan, puting saya sempat mengalami luka, karena pelekatannya kurang pas. Tepatnya di puting saya sebelah kanan. Luka dan berdarah. Yep. Dua kombinasi yang pas ya, dan rasanya itu sakiit luar biasa. Saya sempat trauma gak mau menyusui dengan payudara sebelah kanan. Dalam hati saya, “Duh, saya yang gak ngerti cara pelekatannya, atau memang Narend yang gak bener nih?” 
Saya sempat konsultasi dengan dokter obgyn saya. Saat saya mengaduh-aduh kesakitan, dokter cuma berkata, “Problem biasa ibu baru dan menyusui. Itu karena pelekatan (latch on) nya kurang pas.Dua-duanya memang belum mengerti. Nanti lama-lama juga tahu kok, pose yang pas bagaimana. Si Narendnya harus gimana, dan si ibunya harus gimana. Jangan khawatir. Semua bisa dipelajari learning by doing kok” 🙂
Ohya, dulu waktu puting saya lecet, saya cukup oleskan salep yang diresepkan oleh dokter, dalam waktu 1 hari luka saya sudah kembali seperti semula. Karena saya punya target, dokter menyarankan menyarankan untuk menyusui dari puting yang lecet terlebih dahulu. Karena jika menyusui dari payudara yang normal, nantinya saya tidak mau lagi menyusui dari puting yang lecet karena sudah merasakan sakit terlebih dahulu. 
Waktu saya melahirkan dulu, juga saya belum memiliki breastpump. Saya pikir breastpump (pompa ASI) itu gak penting buat saya. Toh kan saya di rumah aja? Toh kan saya ibu rumah tangga? Dan sejumlah toh… toh lainnya. Tapi, kenyataannya, di hari ke-7 pasca saya melahirkan, payudara saya penuh dan hampir bengkak. Lalu saya cepat-cepat ke toko perlengkapan bayi untuk membeli breastpump. Namanya kepepet, saya jadi beli apa aja yang disarankan oleh di pemilik toko deh 🙂 
Jujur aja saya sempat pesimis, apakah saya bisa menyusui? Apakah payudara saya nanti berdarah lagi gak ya? Wah, bertubi-tubi pertanyaan seputar menyusui berkutat-kutat aja di kepala saya. Katanya ya, kalau ibu menyusui gak boleh punya pemikiran macem-macem. Cukup 1 pemikiran aja, bahwa ASI saya CUKUP, dan akan CUKUP sampai ia lulus S3! 
Eh iya, saya mau cerita dulu, tentang hari ke tujuh pasca melahirkan. Waktu itu saya ke dokter anak ceritanya mau imunisasi Narend yang kedua kali. Tapi saya sempat di diagnose bahwa Narend kurang ASI lho sama DSA-nya! Hehee… becanda loe dok! 🙂 Iya sih, waktu itu Narend kulitnya sempat kuning banget. Saya panik, kenapa kulitnya kuning banget, padahal tiap pagi dijemur dan seringkali disusui bahkan sampai 1 jam lamanya. Saya cuma takut Narend terkena bayi kuning. Tapi saya berusaha mengafirmasi pikiran dan hati saya, bahwa setiap bayi yang baru lahir, bahkan sampai usia 2 bulan, pasti kulitnya kuning. Bukan berarti setelah lahiran kulitnya langsung putih ataupun mulus. Saya terus menggali informasi melalui internet dan tanya-tanya kepada banyak teman. 
Ohya, dulu karena di diagnose Narend kurang ASI dan kena penyakit kuning, Narend sempat diminta diopname oleh DSA nya. Saya dan suami disuruh datang kembali 2 hari kemudian, untuk mengecek bilirubinnya. Tapi hal  tersebut gak kami lakukan. Pertama, mengingat biaya opname itu gak murah meriah. Kedua, saya belum punya asuransi, mau bayar pakai apaan pula? 🙁 Akhirnya kami putuskan untuk tidak dirawat ataupun diopname. Kami putuskan untuk rajin dijemur dan disusui saja.
Lalu di diagnose KURANG ASI, karena berat badannya masih kurang dari standard. Narend dipaksa harus mengkonsumsi SUFOR. Saat itu saya ingat betul, Narend dipaksa harus minum susu formula MORINAGA. Tau gak yang kebayang di kepala saya apa? MAHAL tau gak dok! Duh, rasanya di judge macem-macem begitu, mau nangis, mau berontak, mau ngomel-ngomel aja ma tuh DSA-nya! 
Sepulang dari imuniasi terakhir dengan DSA itu, saya nangis tersengguk-sengguk di mobil di hadapan Narend dan suami saya. Sejak saat itu saya dan suami sepakat untuk mengganti DSA, dengan DSA yang lebih ‘ramah bayi’, lebih friendly, PRO ASI dan sayang kepada anak pastinya. Sejak saat itu kami tidak pernah kembali lagi kepada DSA yang sebelumnya. 
Alhamdulillah saya tidak pernah mengalami yang namanya payudara bengkak sampai demam. Saya selalu rajin melakukan massage payudara setiap kali sebelum mandi. Bekal pengetahuan yang saya dapatkan sepulang dari Rumah Sakit saya terus pratekkan sampai sekarang. Dan ternyata itu penting banget perawatan payudara ini, guna untuk melancarkan peredaran stock ASI. 
Ohya, bukan menjadi ibu bukan hanya belajar menyusui saja, tapi kita juga belajar bagaimana me-maintain kesabaran kita menjadi seorang ibu. Di saat ASI kita tidak keluar, tapi anak kita minta menyusui. Bagaimana me-maintain waktu kita saat kita butuh ‘me time’ tapi di saat yang bersamaan anak kita juga butuh menyusui. 
Menyusui bagi saya adalah moment yang membahagiakan. Menyusui bisa menjadi obat bad mood buat saya. Di saat saya sedang ada masalah, saya justru mendatangi Narend dan memintanya untuk menyusui. Kok bisa menjadi obat? Yes. Ekspresi Narend saat menyusui itulah yang menjadi obat untuk saya. Saya merasa bahagia dan dibutuhkan saat Narend menyusui. Itulah kebahagiaan terindah dalam hidup saya. Dan saya tidak mau menyia-nyiakan waktu berharga ini, yang hanya bisa saya nikmati sampai Narend berusia 2 tahun.
Dari sejak melahirkan sampai sekarang Narend sudah berusia hampir 10 bulan, alhamdulillah berkat afirmasi positif setiap hari, dukungan penuh suami, ASI saya masih cukup untuk Narend. Dan insyallah saya berkomitmen Narend bisa lulus sampai S3. Yang penting, teruslah berpikiran positif, karena ASI dan pikiran itu sangat berbanding lurus ya mommies 🙂

3 Responses

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *