Mungkin setiap manusia pasti pernah punya masalah. Entah dengan sahabat, suami atau istri atau bahkan dengan orangtua dan mertua.
Saat ini saya cuma ingin mencurahkan isi hati saya saja, apa yang tengah ini saya rasakan…
Di saat kondisi kita berkekurangan dalam hal ekonomi, haruskah sebagai anak atau menantu membantu orangtua? Wajibkah itu? Saya pernah menanyakan hal ini kepada seorang Ustadz yang juga kepala rumah sakit di salah satu Rumah Sakit di Jakarta Timur. Bahwa jika seorang anak hukumnya tidak berkewajiban membantu orangtua sepenuhnya. Hanya saja, jika ada kelebihan materi, bolehlah itu hukumnya sunnah (boleh dilakukan atau boleh tidak)
Saat ini orangtua sedang berkekurangan uang dan membutuhkan bantuan kami (baca : saya dan suami). Tapi, saat ini juga kami tidak mempunyai uang sebanyak yang diperlukan oleh orangtua saya. Lalu saya menolak untuk memberikan bantuan. Lalu orangtua saya marah dan murka.
Pernah suatu saat, saat saya sedang hamil muda yaitu 3 bulan, saya pernah bersiteggang dengan orangtua saya. Orangtua saya membutuhkan uang yang menurut kami banyak sekali, sedangkan kami tidak mempunyai uang sebanyak itu. Jika tidak orangtua saya akan berhubungan dengan Debt Collector. Apalagi saya dan suami saat itu harus mempersiapkan tabungan untuk melahirkan nantinya. Kejadian ini berlangsung 1 tahun yang lalu. Kami sempat menolak untuk memberikan bantuan materi sejumlah uang yang diminta. Dan akhirnya orangtua saya marah dan murka luar biasa, sehingga keluarlah kata sumpah dari mulut orangtua saya tentang bayi yang saya kandung. Rasanya sediih luar biasa…mengingat-ngingat kejadian itu lagi..
Kata sumpah serapahnya adalah : “Jika kamu tidak bisa memberikan sejumlah uang yang mama butuhkan, jangan sampai nanti bayi kamu ini kenapa ya!”
Akhirnya, karena kami didesak, karena keadaan, dan kamipun tidak mempunyai pilihan lain, akhirnya hati kami luluh, dan kami memberikan sejumlah nominal uang yang diminta. Dan jujur saja itu adalah hasil tabungan kami selama 1 tahun untuk biaya melahirkan.
Tibalah saatnya kandungan saya memasuki usia 8,5 bulan. Dan tak disangka-sangka saya mengalami keguguran, dokter mendiagnosa, saat saya datang untuk kunjungan control kehamilan, tiba-tiba perkataan dokter membuat kami shock luar biasa! Bahwa bayi yang saya kandung sudah meninggal 2 hari yang lalu. Rasanya seperti disamber petir dan separuh jiwa saya melayang entah kemana.
Saat saya memberitakan kabar duka ini kepada orangtua saya, orangtua saya kaget setengah mati. Suami saya sempat menyalahkan orangtua saya atas kepergian anak kami, bahwa orangtua saya telah jatuh sumpah terhadap bayi yang saya kandung. Sebab apa, perkataan orangtua layaknya adalah sebuah doa. Tapi, yang saya terima selama saya mengandung hanyalah sumpah serapah dan caci maki.
Yang saya tanyakan, apakah saya dan suami salah, jika kami tidak mempunyai kompeten untuk membantu dalam hal keuangan? Apakah kami salah jika kami berterus terang bahwa kami tidak punya uang sebanyak itu? Karena setiap kali kami menjelaskan hal ini kepada orangtua saya, orangtua saya selalu tidak percaya. Saya selalu sedih dengan keadaan ini 🙁
Apakah saya menjadi anak durhaka, bila tidak membantu orangtua?
Saya selalu survey menanyakan hal ini kepada teman-teman seangkatan saya. Apakah mereka memang beranggapan punya kewajiban untuk membantu orangtua? Atau, apakah mereka membantu orangtuanya setiap bulan? Jawabannya sama, tidak. “Kita membantu ketika kita punya uang lebih. Selebihnya kami tidak membantu orangtua kami secara rutin.”
Suami saya sepenuhnya bertanggung jawab terhadap saya. Menghidupi saya, menafkahi saya. Jika sampai suami saya tidak bisa menafkahi saya oleh karena sesuatu dan lain hal, suami saya dianggap sangat berdosa, karena sudah menelantarkan istrinya. Itulah perkataan yang disampaikan Ustadz pada waktu lalu kami datangi. Sejak saat itu, suami saya selalu mengambil keputusan tegas, bahwa jika kami berkekurangan uang, kami tidak membantu orangtua. Dengan alasan istri nomor 1, dan orangtua nomor 2.
Saya bingung, mana yang harus saya dengar. Perkataan orangtua saya, atau saya harus mengikuti perintah suami saya? Karena jika saya menolak dimintai bantuan, saya selalu diberikan sumpah serapah dan orangtua saya marah luar biasa.
Keadaan ini terus menerus berulang dari sejak saya menikah tahun 2008 sampai sekarang tahun 2013. Sudah hampir 5 tahun saya mengalami keadaan seperti ini ritual setiap tahun 🙁
Tuhan masih menguji kesabaran kami. Sudah 1 tahun lamanya sejak peninggalan almarhum anak kami Elysia, kami belum mendapatkan kepercayaan untuk diberikan momongan lagi. Yah, salah satunya hal ini yang membuat kami stress luar biasa.
Kami tidak tahu harus konsultasi kemana, dan harus bagaimana.
Hanya 1 harapan kami, semoga masalah ini cepat selesai, sehingga tahun depan kami tidak mengalami hal yang serupa lagi.