Welcome to the world Baby Narendra Havian

24 Februari 2014

Hari ini adalah hari duedatekuh. Deg-degan plus worried. Rencana mau berangkat dari rumah jam 9 pagi ternyata molor jadi jam 11 siang. Gara-gara kelamaan sarapan, en nyiapin barang-barang yang mau dibawa. Linglung. Sibug and mondar mandir gak jelas. Saking mikirin hari ini bakalan diapain 🙂
Ohya, sebelum berangkat ke RS kali ini aku sengaja gak dandan *cateet* karena bakal meringis kesakitan nantinya 😀Hmmm..akhirnya jadi jugaa berangkat jam 11. Well prepared. Baru setengah perjalanan aku dan suami ngerasa lapar. Akhirnya kami mampir ke Grand Metropolitan Mall untuk makan siang. Kebetulan kami sama-sama ngidam lagi kepengen makan Yoshinoya paket crispy set B. Nah tuh details :D. Aku sengaja merilekskan diri supaya aku bisa bener-bener menikmati semua prosesnya tanpa merrasa terbebani.
Selesai makan siang, sekaligus merilekskan diri, berjalan-jalan di mall, biar gak stress dikiit 😀 kami berangkat ke RS Mitra Bekasi Barat. Langsung menuju ke ruang bersalin, yang letaknya di lantai 2. Dengan membawa surat pengantar dari dokter. Agak deg-degan juga. Pasalnya 1.5 tahun lalu kami ke ruangan ini juga untuk minta diinduksi. Ke ruang bersalin direncanakan. Cuma bedanya bayi kami sudah tiada pada waktu itu. Jadi aku agak sedikit parno. Yah tapi lillahi taala aja lah 🙂

Kami tiba di RS sekitar pukul 2 siang. Dengan menyerahkan surat rekomendasi dari dokter, akupun langsung disuruh menuju ke bilik ruang bersalin, suamiku disarankan menunggu diluar. Hufftt…. ketakutan mulai mendera karena pisah dari suami :)) Kemudian aku langsung dicek CTG sekitar 30 menit, dan alhamdulillah semuanya bagus.
Lalu selanjutnya aku dicek pembukaan dalam (PD) oleh bidan. Katanya aku sudah pembukaan 1, 2 cm. Pantess ajaa dari semalem aku gak bisa tidur nyenyak. Iya loh. Dari semalem tumben-tumbenan aja tidurnya gak nyenyak. Biasanya se-sakit apapun kontraksi aku bisa menahan dan masih bisa tidur nyenyak. Masih bisa mimpi juga :p Alhamdulillaah ya aku udah pembukaan 1 dari rumah.
Karena pembukaan masih 1, diperkirakan masih lama, selanjutnya bidan bertanya, apakah aku mau pulang dulu untuk menunggu pembukaan alami, atau mau langsung perawatan (dibantu induksi)? Kukatakan, ya! Aku langsung mau diinduksi saja. Aku gak mau menunggu pembukaan dari rumah. Karena trauma pengalaman dari anak pertama. Agak heran juga susternya karena aku insist tetap mau diinduksi hahaa :))
Lalu pukul 15.00 aku langsung dipindahkan ke ruang bersalin perawatan. Tak lama kemudian, dokter obgynku visit. Untuk mengecek PD. Lagi-lagi PD :p Observasi dokter selesai sekitar pukul 15.15. Lalu dilakukan registrasi, suamiku mendaftar administrasi dan aku langsung disuruh ganti baju.
Alhamdulillah sekarang udah pembukaan 1 menjelang 2 🙂
Tak lama kemudian makan siang sudah dipersiapkan dari pihak Rumah Sakit. Walaupun aku sudah makan, ya tetap saja aku makan lagi selagi masih nafsu karena sudah disediakan.
Pindah ruangan ke ruang bersalin VIP dan mulai diinduksi alami sekitar jam 4pm. Hmm.. iniii bagian yang paling aku tidak sukaaa. Cek PD lagi dan sekaligus induksi alami. Huuh… rasanya kinyis-kinyis nyeri gimanaaa gitu tangan masuk ke dalem 🙂
Aku sempat bertanya kepada bidan dan dokter saat visit, “Tadi saya dikasih obat induksi yah dok?” Dokter menjawab, “Ahh…. gak. Cuma induksi alami” Induksi alami disini adalah dengan cara pengecekan pembukaan dalam dibantu dengan dibuka perlahan-lahan mulut rahimnya. Kalo istilah mobil mah induksi manual yak 😀 Aku bertanya lagi, “Bener dok gak dikasih obat apa-apa? Itu tangan dokter ngapain masukkin gel ke vagina sayah?” *pertanyaan menyelidik*. Kali ini dokter tertawa, “Gak. Saya cuma kasih obat untuk melunakkan mulut rahimnya aja. Gak diinduksi. Biar nanti induksi alami ajah. Kita observasi 4-5 jam ke depan. Kalo hasilnya bagus, kita lanjutkan. Kalo belum ada pembukaan juga, kita lanjut ke tindakan berikutnya. Apa mau diinduksi atau gak. Yang penting udah santai aja.” Ditambah lagi bidannya ketawa geli banget, karena aku insist pengen diinduksi. Katanya, “Ibu udah kebelet ya bu pengen ketemu bayinya? Udah gak sabar ya? Santai aja ya buu :)”
Aku akan dicek kembali dalam waktu 4 jam ke depan. Ohya, aku dicek CTG per 1-2 jam ya. Untuk memantau detak jantung dan pergerakan dari si janin.
17.00
Makan sore sudah disiapkan. Dan aku disuruh makan terlebih dahulu. Sebelum kontraksi ini semakin kuat. Baiklaah, aku menurut saja apa kata bidan. Lagipula aku juga takut kontraksi ini semakin kuat dan aku jadi tidak punya tenaga untuk mengejan nanti. Makanan RS bergizi tapi tidak enak, seperti biasa. Ku-sugesti aja pikiran ini supaya bisa makan. Abis hambar booo.. and dingiin lagi, huh! Males aja gitu minta dihangatkan. Gak enak tapi abis juga sehh :p Plus juga nanti jam 7 malam kan aku bakalan dicek lagi. Yasudlaah…
Makan malam sudah disiapkan
18.00
Bidan kembali masuk. Aku diberikan obat pencahar, untuk memompa supaya aku bisa buang air besar. Yaitu berupa cairan, agak lumayan juga banyaknya, dimasukkan lewat *maaf* anus. Rasanya suerrr gak enak 😀
Aku sempat bertanya kepada bidannya, “Berapa lama ya sus proses BABnya nanti?” Suster menjawab, “Yahh..tergantung fisik masing-masing sih. Biasanya sih 1 jam”
Daan alhasil gak perlu waktu lama untuk bisa BAB doong… Cuma butuh 2 meniit obat ini langsung bereaksi dan berhasil mencuci perutku dengan sempurna 🙂 rasanya kayak diare akut boo!!! Langsung BAB lanjtar jaya kayak air :)) bablas anginee :))
19.30
Jreengg…bidannya masuk. Aplusan shift. Sekaligus mengecek CTG kembali, denyut nadiku dan mengecek PD lagi *yeaahh* PD lagi 😀 Dan alhamdulillah aku sudah pembukaan 3,4cm. Puji syukur. Lalu kutanya bidannya, “Biasanya pembukaan 1-3 berapa lama ya sus?” Suster menjawab, “Biasanya pembukaan laten, pembukaan 1-5 itu bisa 10 jam lamanya. Dan ibu termasuk cepet cuma dalam waktu 3 jam” Alhamdulillah pikirku. “Mungkin mau mengikuti jejak kakaknya kali, prosesnya cepet. Bisa-bisa lahiran malem nih :)” susternya menambahkan. Mudah-mudahan pikirku. Sebelum meninggalkan ruangan, bidan berpesan supaya jangan lupa untuk beristirahat. Karena bisa saja melahirkan nanti malam dan aku butuh tenaga untuk mengejan. Kalau ada waktu, aku disarankan untuk beristirahat saja.
Semakin malam, aku semakin tidak bisa tidur en tenang. Suamiku yang berjaga sejak siang kusarankan untuk tidur secepatnya. Supaya nanti saat aku mengejan, dia punya tenaga untuk mengangkat badanku.
Untuk membantu mempercepat proses pembukaan, aku bantu untuk berjalan-jalan di kamar. Sesekali ngerasa capek, aku langsung istirahat. Keinginanku teguh banget bahwa aku bisa nambah pembukaan malam ini. Sampai lupa aku memforsir diriku sendiri 🙂
Suamiku sudah terlelap dalam mimpi sejak waktu isya tiba. Untuk mengusir kegalauan aku, aku coba baca tabloid nova. Bayangin aku coba baca tabloid hihii.. saking bingung apa yang mesti dikerjain. Aku coba update blog and blogwalking aja. Mainan gadget. Mainan twitter. Nonton tivi. Pokoknya bikin hati rileks.
21.00
Bidan kembali masuk. Untuk mengecek CTG kembali. Alhamdulillah semua normal. Dan lagi-lagi aku disarankan untuk tidur. Karena lahiran normal itu bener-bener menguras tenaga. Aku pengen banget bilang, “Sus, andaikan saya bisa tidur ya tidur sus. Ini udah mules n galau gak karu-karuan kaleee :))”
25 Februari 2014
00.00
Jam segini bayangkan, aku lapaaar! Yeaahh.. :p aku tanya ke suster jaga, apakah aku boleh makan atau tidak. Karena kan tadi aku baru saja dipompa untuk BAB. Takutnya gak boleh makan lagi. Ehh ternyata bidan malah menyarankan. Selagi masih nafsu makan, ya makan saja. Aku berharap dikasih makan lagi sama pihak RS gitu loh hihii…. Akhirnya karena aku lapar akut, aku coba makan bacang. Tadi sore, saat maghrib suamiku mencoba untuk menyediakan cemilan untukku. Tapiii.. lagi-lagi aku gak bisa makan karena rasa sakit ini agak sedikit mengganggu.
Okeey. Aku mencoba untuk tidur. Bisa tidur sih. Cuma rasa kontraksi ini timbul tenggelam. Jadi saat aku merasakan kontraksi hebat, aku terbangun. Saat dalam keadaan rileks, aku coba untuk memejamkan mata. Walaupun susah 🙁
03.00
Tiba-tiba aku tidak merasakan gerakan dari si baby. Akunya agak panik. Aku minta untuk di CTG sekarang. Alhamdulillah detak jantung janin dan aku bagus. Bidan menyarankan supaya aku tidak panik, supaya bayinya juga gak stress. Kalau aku sempat tidak begitu merasakan gerakannya, jangan panik. Ini dikarenakan rasa kontraksinya lebih terasa dibanding gerakan si babynya.
Jujur aja, rasa kontraksi ini sama banget kayak waktu hamil anak pertama. Ya sakitnya, ya mulesnya. Ya cuma bedanya aku gak bolak balik ke toilet. Karena udah bisa bedain mana mules pengen pup atau mules kontraksi 🙂
05.00
Rasa kontraksi ini semakin hebat. Bidan masuk untuk mengecek CTG dan detak nadi kembali. Ohya, sekaligus aku di cek PD lagi. Kebetulan dokter obgynku visit di jam 5 pagi ini. Alhamdulillah aku sudah pembukaan 5. Waduuuhhh pantes aja rasa kontraksi ini udah tak tertahankan. Perasaan udah sakiiiiit banget, eaaalaah ternyata baru pembukaan 5-6 🙁
Bidannya bertanya, “Udah sakit banget ya bu? Tahan ya. Ini baru pembukaan 5. Biasanya kalau pembukaan 5 ke 8 itu cepet banget. Dan kontraksinya akan semakin hebat nantinya”
Aku semakin merasakan kontraksi ini 5 menit sekali. Rasa sakit dan mules ini gak karu-karuan mulai meresahkan. Aku cuma bisa di tempat tidur, dan meraung-raung kesakitan. Aku terus mengajak ngobrol babynya untuk bisa lahiran secepatnya. Dan bantu aku untuk lahiran normal dan lancar.
Nafasku mulai gak karu-karuan. Terengah-engah. Aku mulai kehabisan energi. Aku sudah merasa hampir pingsan. Aku cuma bisa berontak kesakitan di tempat tidur. Bidan memberikan support kepadaku untuk terus tarik nafas panjaaang kemudian buang melalui mulut. “Jangan nafas gak karu-karuan seperti itu bu, nanti bayinya gak ada oksigen. Kasian bayinya”
06.00
Aku mulai merasakan ada sesuatu yang keluar lewat vagina. Seperti sebuah cairan atau entah darah. Aku panggil suamiku untuk menyuruh memanggil bidan.
Tidak perlu waktu lama bidanpun masuk. Ternyata yang keluar itu adalah lendir darah. Bidanpun cepat mengambil tindakan. Langsung mengecek PD lagi. Wah, ternyata aku sudah pembukaan 8. Bayangkan, di saat aku menahan rasa sakitnya kontraksi dan mules luar biasaa, jari bidan harus masuk ke dalam mulut rahim, dan sumpah itu rasanya gak enak banget! Aku setengah sadar saat itu. Pertanyaan yang aku sudah tahu jawabannya, tetap kutanyakan juga.
“Sus, emangnya harus ya dicek PD lagi?? Lagi pembukaan besar kan? Sakiiiit sus kalo jari suster masuk-masuk ke dalem!”
And… jawabannya suster apa? “Lha iya bu. Kalo saya gak ngecek PD, kan kita gak tahu ibu sudah pembukaan berapa.. nanti kalo-kalo udah pembukaan lengkap kan bagus bu. Itu yang kita tunggu” 🙂 Dan alhamdulillah aku sudah memasuki pembukaan 8,5.
Saat itu aku benar-benar sudah setengah sadar. Aku cuma bisa merasakan rasa sakit yang begiiiiitu hebat! Rasanya gak kuat, ingin menyerah dan berkali-kali aku sempat mengatakan kepada bidannya bahwa aku sudah gak kuat sakiiit banget! :(( tapi apa? Bidan terus mensupportku bahwa aku tidak boleh berkata demikian. Aku harus tetap semangat. Ibu sebelah aja bisa dan baru saja melahirkan normal. Masa aku tidak bisa? Ya, aku harus kuat. Harus kuat. Aku mulai mensugesti diriku sendiri. Aku pergunakan sisa energi yang kupunya untuk tetap bisa bertahan. Yang kubayangkan saat itu hanyalah muka polos nan imut bayiku nanti yang akan segera lahir. Aku meronta-ronta kesakitan. Hanya besi penjaga tempat tidur saja yang menjadi saksiku saat itu. Sekuat tenaga kutarik dan berpegangan dengan besi itu. Aku berusaha untuk mengatur pernafasan sedemikian rupa walaupun susah luar biasa. Ya, aku ingat. Bidan mengatakan bahwa jika aku meronta-ronta terus seperti ini gak karu-karuan, kasihan bayiku nanti tidak mendapatkan oksigen.
Beberapa bidan sudah mulai masuk dan menyiapkan segala perlengkapan kelahiran. Dokterpun sudah siap untuk dipanggil.
Akuu.. aku.. sangat tidak bisa menahan rasa mules ini. Aku disuruh tidak boleh mengejan sekarang oleh bidan. Tapii… aku tidak bisa! Aku merasakan seperti ingin pup. Aku ingin mengeluarkan sesuatu yang besar dari bawah.
Rasa untuk mengejan ini sudah tidak tertahankan. Bayiku sepertinya mengajak untuk segera mengejan. Aku terpaksa mengejan. Aku tahu ini tidak boleh, karena bisa merobek jalan lahir.
Kupanggil-panggil suamiku dengan sekuat tenaga. Tapi dia tidak mendengar. Bayangkan, aku merasa sudah sekuat tenaga untuk memanggilnya, tapi suamiku bilang, dia hanya mendengar sayup-sayup. Padahal jaraknya cuma 3 meter :))
Ahhhh… lama sekali dokterku datang pikirku.. ternyata dokter sedang sholat subuh dulu. Demikian percakapan yang kudengar dari 2 orang bidan yang bertanya keberadaan dokter dimana.
07.00
Dokterpun datang. Samar-samar kulihat peralatan melahirkan pun sudah ada di samping kiri dan kananku. Aku tidak sanggup membuka mataku lagi. Karena aku konsen untuk menahan rasa sakit yang luar biasa ini.
Saat dokter datang, aku disuruh mulai mengejan. Tentunya sesuai dengan aba-aba dari bidan dan dokter. Jangan mengejan kalau tidak disuruh.
Astaghfirullaaaahh.. sakit dan mulesnya luar biasaaaa!!! Saat ini aku cuma bisa pasrah. Apapun yang terjadi, kupasrahkan hidupku kepada Allah sang pencipta. Yang penting anakku lahir dengan selamat dan sehat.
“Yak bu! Ngeden yaaa sekarang… 1..2..3!”
Aku berusaha mengejan sekuat tenaga. Tenaga penuh diperlukan untuk mengeluarkan kepala dari babynya. Ya ampun bun, rasanya seperti anyang-anyangan 10x lipat. Sakiiit banget 🙁
Aku merasa sudah mengejan sekuat tenaga, tapi semua orang yang di ruangan itu berkata bahwa tenagaku tidak ada. Rasanya kesal banget! Aku sudah susah payah begini diklaim bahwa tenagaku tidak ada.. bahkan suamiku sendiri bilang tenagaku tidak ada 🙁
Ya! Aku kecapean mengejan. Aku kekurangan oksigen. Lalu aku diberikan oksigen tambahan saat itu. Berkali-kali aku disuruh untuk tarik nafas panjang dan buang melalui mulut. Gunanya supaya memberikan oksigen kepada sang bayi.
Tiap menit aku di CTG. Baik detak jantungku maupun si baby. Sayup-sayup kudengar bidan berkata bahwa tekanan darahku sempet upnormal. Tapi aku berusaha untuk menghiraukan hal itu.
Ayo buu…. ngeden lagiii…. ini rambutnya udah kelihataaan!”
Berkali-kali setiap aku mengejan, aku berteriak ALLAHU AKBAAAR. ALLAHU AKBAAAR!
Di tengah aku mengejan, aku mengantuk. Ini akibat aku kurang tidur 🙁 samar-samar kulihat bidan mempersiapkan peralatan cessar kalau-kalau nanti dibutuhkan. Aku sudah tidak perduli, mau cessar atau normal, yang penting aku bisa melahirkan bayiku dengan selamat dan sehat. Itu saja.
Ayo buu… kepalanya sudah kelihatan nih.. sekarang ngeden lagi yaaa… tarik nafas yang dalaaam, lalu ngeden lagi yaaa buuu….
Saat aku mengejan kuat, kurasakan perih luar biasa dari vaginaku. Seakan-akan vaginaku robek dan aku merasakan tetes demi tetes darah yang keluar.
Bun, mengeluarkan kepala bayi itu benar-benar membutuhkan tenaga yang super power. Kalau tenaga mengejan tanggung, akibatnya sakit berkepanjangan. Ya. Ini yang kurasakan. Aku salah mengejan saking ngantuknya. Akibatnya kepala sang bayi jadinya maju mundur berkali-kali. Mengakibatkan vaginaku sakit banget 🙁
Saat mengejan, bidan membantuku mendorongnya dari atas perut supaya bayinya turun.
Ayoo bu.. ngeden lagii… sekali lagi yang kuat and panjang ya. Kepalanya sudah mau keluar nih…
Saat kepala sang bayi sudah keluar, aku disuruh untuk tidak mengejan lagi. Dokter langsung membantu menariknya keluar. Dan alhamdulillah pukul 07.32 baby Narendra Havian (demikian nama yang kami berikan) lahir dengan selamat.
Tangisan pertama Narendra setelah tiba di dunia
Baby Narend langsung menangis sesaat tiba di dunia. Sesaat itu juga baby Narend langsung ditempelkan di dadaku untuk proses IMD.
Aku bahagia dan terharu bisa memeluknya sedekat ini 🙂
Baby Narend terasa nyaman di pelukanku
Luarr biasa rasanya. Subhanallah senangnya tak terkira melihat bayiku di depan mataku. Seakan hampir tidak percaya. Aku hampir tidak bisa menangis. Yang ada hanya perasaan takjub akan kuasa Tuhan yang begiiitu besar.
Tidak perlu waktu lama baby Narend menemukan putingku. Saat itu juga dokter menyuruhku untuk mengejan kembali untuk mengeluarkan ari-ari. Alhamdulillah proses berjalan lancar.
1.5 jam proses IMD membuatku lupa bahwa dokter sedang ‘memperbaiki’ aka menjahit bagian vaginaku yang sedikit robek katanya 🙂
Setelah selesai proses ari-arinya, dokter langsung menyuruh suamiku untuk menggunting tali plasenta sebagai peresmian bahwa dia sudah menjadi seorang bapak sekarang :)) Dalam ilmu kedokteran, pengguntingan tali plasenta dilakukan guna rasa bonding terhadap ayah dan anak.
Setelah proses IMD selesai, baby Narend segera dibawa untuk ditimbang dan dibersihkan. Sebelum dibawa, suamiku melafalkan azan di kupingnya terlebih dahulu.
Baby Narend dihangatkan
Tak perlu waktu lama, suster dari kamar perawatanpun sudah siap dengan tempat tidurnya, siap mentransferku ke ruang perawatan. Siap dipindahkan 🙂
08.00
Sarapan pagi datang. Laparpun juga datang. Akhirnya aku makan terlebih dahulu. Baru selanjutnya aku pindah ke kamar perawatan. Huffhhh… habis dijahit pantat ini rasanya sakit banget dipakai untuk duduk :)) Habis lahiran ternyata bener banget ya terasa laper akutnya :))
08.30
Aku dipindahkan ke kamar perawatan. Alhamdulillah semua proses berjalan dengan lancar. Semua sehat. Sekarang tinggal ngantuk dan capek yang melandaku.
Ingin rasanya segera tidur dan beristirahat. Dan aku berpesan kepada suamiku, siapapun hari ini tidak boleh ada yang berkunjung. Aku ingin sekali beristirahat. Setidaknya jika ada yang ingin berkunjung, sebaiknya di jam besuk sore hari saja.
Proses administrasi dan registrasi pindah kamar
Alhamdulillah… puji syukur kepada sang pencipta. Aku bisa melahirkan secara normal, sehat, bayiku pun sehat, sesuai dengan keinginanku 🙂
Bayiku yang imut nan lucu
Kalau ditanya, “Kapok gak lahiran normal?” Yang pasti aku akan menjawab, “Ya gaklaaah… malahan sesaat setelah lahiran aku berniat langsung kejar tayang hahaaa… mengingat umurku jelang duedate. Walaupun sakit but truthly is hamil dan bisa melahirkan dengan selamat untukku adalah suatu anugerah yang luar biasa. Terlepas prosesi normal ataupun cessar. Aku bersyukur bisa merasakan hal itu” 🙂
Enjoy the motherhood ^_^

6 Responses

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *