1492562295147.jpg

Bercerai di Usia 20 Tahun, Menjadi Hal Yang Biasa?

Di usia 30 tahun, sudah punya anak 1, sudah SMP dan sudah pernah bercerai 1 kali. Prestasi? Bukanlah. Mungkin kalau punya anak di usia kepala 3, itu hal yang membanggakan, tapi kalau pernah bercerai, itu sama sekali hal yang positif. Di agama manapun juga, perceraian bukanlah yang diinginkan Tuhan. Di Indonesia angka perceraian selalu mengerikan, mengalami kenaikan sebesar 15-20% tiap tahunnya. Bahkan ada sekitar 40 kasus perceraian yang diputuskan oleh peradilan. 15% diantaranya adalah pernikahan di usia 20 tahunan. Angka perceraian yang tertinggi terjadi di tahun 2012 dengan 372.557 kasus. Itu artinya setiap satu jam terjadi 40 perceraian di Indonesia.

Oke, saya paham, kalau sudah jalan hidup seperti itu mau diapakan lagi? Justru yang sulit adalah mempertahankannya. Saya suka salut sama orang-orang yang sanggup mempertahankan hubungan rumah tangganya di era milenials seperti ini. Yang bisa mencapai tahap belasan tahunan. So, sebenarnya apa sih yang menjadi penyebab cerai di usia menjadikan ini trend buat kaum milenials sekarang?

Apa Yang Menjadi Penyebabnya

Biasanya kondisi ini terjadi di kota-kota besar, dan 4 faktor yang menyebabkan pasangan suami istri bercerai adalah hubungan yang sudah tidak harmonis, sudah tidak ada tanggung jawab, kehadiran pihak ketiga, alasan ekonomi. Biasanya gak jauh-jauh deh dari itu.

Di Indonesia ini angka perceraian paling tinggi. Salah satunya apa? Karena kurang komunikasi dan faktor finansial. Faktor finansial bukan hanya jumlahnya sedikit, tapi juga perbedaan pengaturan finansial. Hati-hati ya, hal sekecil ini juga bisa jadi pemicu ribut dalam rumah tangga. Jadi sebaiknya sebelum memutuskan menikah, diskusikan dulu bagaimana soal pengaturan rumah tangganya. Siapa yang jadi menteri keuangannya di rumah? Bagaimana dengan tabungan rumah tangga? Mau dijadikan satu, atau terpisah? Dan sebagainya.

Lalu faktor lain adalah karena pernikahan di usia yang terlalu muda. Tapi gak jarang juga saya menemukan yang menikah muda itu juga masih ada yang langgeng kok sampai sekarang. Yang mengajukan bercerai itu, umumnya mereka yang berada dibawah usia 35 tahun. Banyaknya angka pernikahan muda berbanding lurus signifikan dengan jumlah perceraian.

Hal Lain Penyebab Perceraian

Kita bahas satu-satu yuk.

1. Komunikasi
Ini menjadi faktor nomor satu. Disaat komunikasi antar pasangan bermasalah, ciri-cirinya misalnya si istri atau suami sudah malas atau menghindari lawan bicaranya. Tidak mau lagi menceritakan masalahnya masing-masing. Apapun masalah kita, sekecil apapun, sebaiknya kita ceritakan kepada pasangan kita. Berusaha jujur itu lebih baik. Daripada nanti masalahnya tambah besar, pasangan kita tidak tahu, malah tambah runyam? Dengan kita menceritakan masalah kita kepada pasangan kita, bukannya kita menambah beban mereka, tapi pasangan kita merasa dihargai. Tanyakan juga pendapatnya tentang masalah yang kita hadapi. Minta masukkannya.

2. Finansial
Tidak dipungkiri kalau angka finansial kecil akan memicu ribut dalam rumah tangga. Misalnya saja dua-duanya sama-sama bekerja, lalu gaji sang istri lebih besar daripada sang suami.

3. Masalah keluarga atau ipar.
Misalnya ada keluarga lain (ipar) yang ikut campur terhadap masalah kita.

4. Agama
Perbedaan agama bisa menimbulkan berbagai perbedaan. Tapi tidak jarang juga saya menemukan walaupun beda agama tapi tetap harmonis dalam 1 keluarga.

5. Peran teman-teman
Ada yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran teman-teman. Ada yang pasangannya terlalu sering menghabiskan waktunya bersama sahabatnya.

6. Tidak setia
No more explanations ya tentang ini. Sudah harga mati 🙂

7. Seks
Sudah nikah bertahun-tahun, tapi gak pernah berhubungan seks? So, untuk apa menikah? 🙂

8. Ketidakmampuan mengatasi konflik
Jika salah satu dari pasangan tidak mau mengalah, saling mempertahankan ego masing-masing.

9. Kurang intensitas individual
Pasangan terlalu posesif atau terlalu begantung juga bisa mengurangi kebebasan berekspresi.

Apakah Perceraian Bisa Dicegah?

Jawabannya, bisa! Selama masalah bisa diselesaikan dan keduanya mau mengalah untuk pasangannya. Terlebih lagi jika ada anak, malah semakin rumit jika bercerai.

Pertama, cari tahu akar permasalahannya apa, lalu bagaimana upaya pencegahannya? Sepelik apapun penyebab masalahnya seharusnya bisa diselesaikan kan? Biasanya faktor utama penyumbang gagalnya proses perceraian adalah hadirnya anak-anak. Anak-anak masih membutuhkan sosok ibu dan bapaknya secara utuh. Walaupun masalahnya ditutupi, biasanya anak bisa merasakan ada sesuatu yang salah dalam pernikahan orangtuanya. Anak yang akan kena dampak akibat bertahan si tengah pernikahan yang penuh konflik.

Tapi biasanya yang menikah di usia muda, emosinya masih belum stabil dan masih ego, terkadang untuk urusan mengalah aja perlu usaha dan waktu.

Apa Yang Harus Dilakukan Untuk Mencegah Perceraian?


1. Sering memberikan pujian saat berdua saja atau di depan orang.
Biasanya ada yang pasangannya canggung karena di depan publik, tapi sebenarnya mereka menyukainya dan perasaan bahagia akan bertahan lama.

2. Berikan waktu untuk ngobrol dengan pasangan setiap hari

Misalnya saja, sediakan waktu setidaknya 15 menit saja per harinya untuk ngobrol berdua saja, pelukan, mendengarkan keluhan pasangan masing-masing dan berusaha mencari tahu perasaan pasangan kita sehingga pasnagan merasa terhubung.

3. Jaga Penampilan
Jangan selalu kelihatan kumal kalau di rumah. Bukan saja tidak cantik, tapi kelihatan malas. Termasuk juga jaga kesehatan dengan baik. Please deeh, kalau ada suami, jangan sering-sering dasteran. Dandan juga jangan cuma ingin pergi ke mall. Ya gak perlu full make up kayak kondangan juga, tapi setidaknya dress up lah yang sewajarnya. Mandi pagi-pagi, dandan natural aja (saya sih yang penting ngalis and lipstik natural), saya lakukan setiap pagi.

4. Cintai pasangan dengan cara ingin dicintai
Misalnya saja pasangan kita tidak suka baju yang berwarna merah, tapi kita berpikir dia suka. Sebaiknya tanyakan dulu apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka ingin diperlakukan.

5. Selalu setia
Jangan pernah membuka hati untuk orang ketiga.

6. Melakukan Hal Bersama
Lakukan hobby secara bersamaan. Misalnya pasangan kita suka memancing, kita lakukan bersama-sama. Mungkin bisa dilakukan sambil makan siang. Atau nonton bioskop bersama dan sebagainya.



7. Menghabiskan waktu berjauhan
Misalnya kita berikan waktu pada pasangan untuk melakukan hobbynya. Lakukan hobby aecara masing-masing. Misalnya pasangan kita hobby bermain bola, kita bisa ke salon dan sebagainya.

8. Berteman dengan pasangan
Mengetahui teman dari pasangan akan menjauhi sifat-sifat kedengkian atau curiga. Kita juga jadi menghormati pasangan dan menikmati keberadaan pasangan.

9. Tunjukkan kasih sayang
Gak selalu kasih sayang ditunjukkan saat hari Valentine, moment-moment tertentu juga bisa lakukan dengan pasangan. Misalnya kita memberikan kado surprise, padahal bukan hari ulang tahunnya. Atau mengajaknya makan bersama di tempat favorit sambil berdiskusi tentang pasangan masing-masing.

10. Katakan rasa cinta
Katakan rasa cinta setiap hari. Tapi ini teruntuk yang merasakan sensasi cinta itu kurang. Katakan cinta dengan gestur yang bisa menghangatkan hubungan.

Tags: No tags

6 Responses

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *