NE-C803.jpg

Mengatasi Asma Dengan Terapi Pernafasan

Saya jadi ingat, waktu SMP usai beres-beres gudang, tiba-tiba saya merasa badan terasa tidak enak, lalu tenggorokan sangat kering sekali padahal baru saja minum air putih, dada terasa berat untuk bernafas yang akhirnya dada saya sesak seperti ada sesuatu di dalam tenggorokan saya dan sangat sulit untuk bernafas. Saya jadi ingat waktu pramuka, untuk menolong orang yang sedang sesak nafas usahakan orang itu duduk dilantai, kaki diluruskan, lalu badan tegak lurus sambil bernafas pelan-pelan dan dikombinasi antara pernafasan lewat hidung dan mulut. Nah bedanya, ini saya menolong diri sendiri, setelah nafas saya mendingan, saya langsung mencari mama untuk menceritakan keadaan saya sekarang.
Tanpa pikir panjang, mama mengambil kunci mobil dan mengarahkan mobilnya ke rumah sakit, disana mama langsung daftar ke bagian UGD, usai pengecekan oleh dokter UGD diberi surat pengantar ke dokter THT, untungnya di rumah sakit ini ada dokter THT, kalau tidak ada bisa ribet jalan ke rumah sakit lain. Nah, waktu diperiksa oleh dokter THT ini, langsung saya diberi treatment uap, saya di minta memakai masker yang pipa-pipanya mengeluarkan uang, wah suara mesinnya serem banget, keras banget lagi suaranya, saya jadi tidak konsen ke sakit sesak nafas saya, tapi konsen kawatir kenapa-kenapa sama mesin uapnya 🙁
Usai treatment uap ini, pernafasan saya kembali normal walaupun nafas masih sedikit agak berat dan hidung dan seluruh wajah saya basah luar biasa. Setelah itu dokter memeriksa tenggorokan saya. Percaya gak percaya, sampai sekarang saya masih ingat kata-kata yang beliau ucapkan “Ibu, anaknya menderita gangguan pernafasan Asma ringan“. Saat mendengar kata Asma, tenggorokan saya yang tadinya sudah mendingan tiba-tiba kering, sambil menelan ludah saya merasakan tenggorokan saya sakit kembali, saya mencoba untuk tenang dan menanyakan penyebab kenapa dokter men-judge saya menderita Asma.
Apa sih Asma itu?
Dari yang saya rasakan, intinya sesak nafas dan sulit bernafas ini yah Asma, namun menurut kata dokter “Asma adalah penyakit kronis (yang umumnya berlangsung dalam periode lama), awalnya ditandai oleh sesak napas yang disertai bunyi ngik-ngik (istilahnya wheezing) dimana derajat keparahannya untuk setiap orang berbeda-beda. Pada saat terjadi gejala asma, yang terjadi adalah jalan napas kita menyempit akibat dari penyempitan bronkus yang menyebabkan udara sulit keluar masuk paru-paru“. Nah kata dokter asma yang saya derita ini tergolong asma yang ringan karena tidak ada suara ngik-ngik (wheezing).
Gejala Asma itu seperti apa?
Saya jelaskan ke dokter bahwa sesak nafas ini saya rasakan saat saya sedang beres-beres gudang, menurut penjelasan beliau “Secara umum yang namanya gejala asma itu yang utama adalah adalah sesak napas, selain itu ada juga yang sampai batuk berdahak dan untuk beberapa penderita suara napasnya berbunyi ngik-ngik. Nah gejala ini sering timbul saat pagi hari menjelang waktu subuh karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya seperti debu atau keturunan“.
Wah waktu mendengar kata Asma, mama langsung flashback bahwa dalam riwayat keluarga, ada yang menderita Asma, mama langsung bertanya ke dokter “Dok, keluarga saya riwayatnya ada yang menderita Asma, apakah memang keturunan ya dok?“, dokter bilang “Betul, faktor genetik adalah faktor utama, karena Asma timbul dari alergi maka orang tua atau kakek yang mengidap asma dapat menurunkan gen alergi ke anaknya, nah gen alergi ini tidak hanya asma, namun ada juga alergi debu, karpet, bulu binatang, asap rokok, udara dingin bahkan pilek“.
Saya langsung coba cari berbagai informasi mengenai Asma dari beberapa buku di perpustakaan sekolah (jangan kaget, dulu itu akses internet mahal dan lambat, jadi belum familiar sama mbah Google), ternyata Asma itu tidak ada obatnya jadi tidak bisa disembuhkan 🙁 saya sebagai penderita Asma cuma bisa menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Asma saya kambuh seperti : tidak merokok, menurunkan berat badan sampai mengetahui pemicu asma.
Ada terapi agar Asma tidak kambuh gak sih?
Saya ingat waktu itu saya bertanya ke dokternya “Dok, kalau Asma itu penyakit keturunan dan saya tidak bisa menghindarinya, ada gak sih caranya agar saya tidak rentan terhadap serangan Asma?“, Dokternya cuma bilang dengan teknik pernafasan. Karena waktu itu saya tidak terlalu pikir panjang, jadi rutinitas saya saat terkena asma kudu ke dokter untuk di uap. Alhamdulillah, kata mama saya, saya termasuk orang yang cukup kuat, jadi kondisi saya tidak mudah capek dan tidak mudah sakit.
Apa Asma saya sempat kambuh?“, setelah beberapa tahun, seperti yang sudah ditebak, Asma saya kambuh kembali tapi hanya 1-2x setelah beberapa tahun, hal ini terjadi karena aktivitas saya waktu sekolah dibandingkan saat bekerja sangat berbeda, bahkan pagi-sore saya bekerja kantoran, malam biasanya saya lanjut menjadi guru bimbel dekat rumah. Hal ini yang membuat kondisi saya sangat capek dan terkadang membuat saya beberapa kali drop, hal ini menjadikan vitamin C dan D menjadi penyelamat saya.
Solusi Asma dengan Terapi Pernafasan
Beda dulu, beda sekarang, karena kondisi saya saat bekerja over beberapa kali drop, membuat saya harus mengingat bahwa dokter pernah bilang, kunci dari asma adalah teknik pernafasan. Langsung deh, saya coba mencari beberapa buku tentang asma dan beberapa literatur dari mba Google. Dari sana, saya mencoba beberapa hal untuk terapi gangguan pernafasan, seperti :
1. Pernafasan dengan Perut
Teknik ini saya dapat dari suami saya. Waktu itu saya sempat mengalami serangan asma, langsung deh suami bilang “Tarik nafas panjang, keluarkan, coba bernafas dengan perut, jadi tarikan nafas sangat panjang, coba keluarkan dari hidung, tarik nafas panjang dari perut“. Nah sejak itu, setiap saya kena serangan, saya selalu mencoba untuk menggunakan pernafasan perut.
2. Pernafasan dengan Diafragma
Teknik ini saya dapat dari buku berjudul “Asma – Apa dan Bagaimana Pengobatannya?” oleh Heru Sundaru. Buku ini keluaran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di buku ini dijelaskan bahwa untuk memaksimalkan distribusi udara dalam paru-paru, kita bisa bernafas dengan diafragma, caranya dengan mengambil nafas secara pelan dan perlahan lewat hidung, lalu hembuskan perlahan lewat mulut, lakukan secara berulang tarik nafas lewat hidung hembuskan lewat mulut. Teknik ini bisa dilakukan dengan duduk atau tiduran dan usahakan waktu melakukan hal ini, konsentrasi pada pernafasan, jadi waktu latihan, jangan megang HP atau nonton TV ya. Sampai sekarang saya selalu lakukan hal ini saat saya bangun tidur dan sebelum tidur cuma 1-2 menit aja sehari.
3. Pernafasan Buteyko
Teknik pernafasan ke-3 ini sedikit berbeda dengan nomor 1 dan 2, nah bedanya Pernafasan Buteyko ini justru memperbanyak bernafas, nah loh 🙂 teknik ini saya dapat dari buku pedoman keluaran Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) yang saya dapat dari teman saya yang berjudul “Asma – Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia“, caranya buka mata kamu, lalu lihat ke atas, bernafaslah dengan hidung dengan pelan dan lembut, tidak usah terburu-buru, pelan-pelan saja sampai kamu merasa paru-paru kamu terisi udara, setelah kamu merasa paru-paru kamu penuh dengan udara, hembuskan nafas secara perlahan sampai kamu merasa paru-paru kamu sudah kosong dari udara, lakukan hal ini secara berulang. Teknik nomor 3 ini saya kombinasi dengan nomor 2 sebagai terapi.
4. Yoga
Sudah menjadi rahasia umum, banyak sekali penderita Asma melakukan latihan Yoga, ada yang sehari sekali ada yang seminggu sekali, Saya mempelajari Yoga dasar sejak saya kerja kantoran beberapa tahun lalu, efeknya berbeda dengan nomor 2 dan 3, Yoga disini lebih ke arah relaksasi, sehingga tidak hanya pengaturan nafas saya menjadi teratur, namun irama dan ritme jantung menjadi stabil dan tekanan darah menjadi normal. Dengan rileks otomatis otot pernafasan menjadi rileks dan bahkan dari buku literatur yang saya baca, 40% penderita asma yang melatih teknik pernafasan yoga secara teratur bisa mengurangi penggunaan inhaler loh, keren kan.
5. Terapi dengan Nebulizer
Nah 4 cara diatas adalah terapi yang dilakukan saat saya memiliki waktu, terkadang… saya melakukan nomor 2-4 saat di mobil, atau terkedang saat antrian di bank, itupun kalau ingat, namun terkadang walaupun saya sudah melakukan yoga pun, saya tetap mengalami gangguan pernafasan lain seperti sesak nafas sampai pilek berat dan kawatirnya badan saya drop kembali dan asma saya bisa kambuh. Wah kepikiran banget deh, kalau sampai kambuh, enggak banget deh. Karena itu, suami pernah menyarankan ke saya untuk membeli Nebulizer, cuma kalau bawa Nebulizer kemana-mana kan ribet dan berat, tapi positifnya yah bisa menghemat biaya dibandingkan ke dokter.

Kalau saya di Rumah Sakit Anna yang dekat rumah saya di Jatiasih, biaya untuk 1x uap itu 178rb, dan kalau disana itu, untuk uap itu dilakukan setiap hari selama seminggu. Bayangin aja bisa 1juta untuk 1 minggu untuk melakukan uap. Untuk itu, suami mencari solusi dan tanya teman sana sini deh, alhasil gak guna, tanpa hasil karena tidak ada teman-temannya yang memiliki asma. Nah waktu itu, pas tengah malam, saya sakit demam, sudah minum obat demam gak ngaruh deh, akhirnya saya dibawa suami untuk checkup di UGD (karena malam-malam kan cuma ada dokter UGD), pas disana, saya ceritakan tentang demam saya, dan gimana kawatirnya kalau asma saya kambuh, dokter jaga UGD-nya menyarankan saya untuk membeli Nebulizer merek Omron.

4 Tipe Omron Nebulizer


Kalau mendengar kata Omron, saya jadi ingat di rumah, saya memiliki Omron juga, untuk cek tekanan darah, search di internet, Omron Nebulizer itu ada 4 tipe : 

1. NE-C803



Nebulizer ini adalah nebulizer tipe terbaru dan merupakan andalan dan top seller nebulizer dari Omron, karena memiliki kelebihan suaranya yang hening, bentuknya kecil dan ringan, nah tidak hanya itu, saat digunakan pastinya memberikan kenyamanan dan rasa aman untuk terapi dewasa dan anak-anak.

2. NE-C801

Berbeda dengan NE-C803, NE-C801 ini merupakan tipe lama dan sedikit lebih berat namun memiliki kelebihan dalam hal mengatasi asma, bronchitis parah, alergi sampai berbagai masalah pernafasan. Dan nebulizer ini khusus untuk dewasa ya, tidak bisa untuk anak-anak.

3. NE-C801KD

Kalau NE-C801 untuk dewasa, untuk bayi dan anak-anak, Omron mengeluarkan seri NE-C801KD, dimana nebulizer ini memiliki warna kuning yang eye catching, ada boneka lucu sampai bagian pernafasan yang bentuknya di sesuaikan, Kalau anak anda sering mengalami gangguan pernafasan, wajib beli nebulizer ini.
4. NE-C28

Berbeda dengan 3 seri diawal, untuk NE-C28 ini memang di khususkan, untuk kamu yang tergantung dengan nebulizer karena NE-C28 ini dirancang khusus untuk jumlah pemakaian tinggi dengan laju nebulisasi tinggi untuk mengoptimalkan durasi terapi. 

Nebulizer yang cocok 


Terapi dengan nebulizer adalah salah satu terapi yang harus dicoba, apalagi kalau asma atau gangguan pernafasan yang kamu rasakan sangat parah, saya pribadi memang sudah lama tidak terkena serangan asma, bahkan bisa dibilang sudah bertahun-tahun lalu, namun saya tetap membutuhkan nebulizer karena memang nebulizer tidak hanya dibutuhkan untuk masalah asma, namun juga untuk masalah lain, contohnya seperti flu berat. Karena saya tipe yang suka berpergian maka saya membutuhkan nebulizer yang ringan dan mudah dibawah-bawa kalau sedang berpergian. Akhirnya dulu saya membeli Omron Nebulizer NE-C803 seharga 404rb (diskon 20% dari 630rb).


Namun sayangnya, waktu pindahan, saya harus kehilangan Omron Nebulizer NE-C803 ini, jadi lagi menunggu rezeki supaya bisa beli nebulizer ini 🙂 Bagaimana, setelah membaca terapi pernafasan yang saya lakukan, mana terapi pernafasan terbaik menurut kamu? 🙂

One Response

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *