Oke lanjut dengan cerita saya. Sebelumnya saya cerita sedikit
Saya tiba di SMB sekitar jam 11 siang. Saya bertiga ke SMB rmemang berencana untuk mengajak jalan Narend dan bermain di playgroundnya itu (yang di depan Mujigae). Karena penuh dan perut keroncongan, daripada kami pingsan jagain anak aktif kayak Narend, dan sepertinya Narend bakalan lama main disitu, saya dan suami inisiatif untuk makan siang saja terlebih dulu. Main di playground berbayar ini ternyata bisa main sepuasnya.
Karena saya gak mau lokasi yang terlalu jauh dari playground, pilihannya cuma 2, yaitu Mujigae dan Foodhall. Karena saya prefer like Indonesian Food, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk makan di Food Hall saja. Kebetulan voucher MAP saya masih berlimpah ruah. Sayang kalau tidak digunakan di saat tanggal tua ^^
Kebetulan memesan makanan di Food Hall saat itu sedang ramai, entah memang karena sedang jam makan siang, atau memang semua resto penuh? Entahlah. Untungnya saya mengantri terlebih dahulu. Itu pengunjung Food Hall seperti air bah, datang tiba-tiba serombongan banyak banget. Duh pusing deh saya. Abege-abege gitu deh, yang gak jelas, dan tak beretika. Saya bilang tidak beretika karena saat saya duduk, si anak abege berkelompok itu tiba-tiba duduk di samping dan 1 meja dengan kami tanpa permisi. Akhirnya suami yang bicara tegas dengan anak-anak itu.
Ohya, selain itu yang bikin saya tidak nyaman karena waktu saya mau pesan makanan, itu adakali sekitar 15 menit berdiri di kitchen situ. Gara-garanya si mba-nya kurang piawai mengganti kertas bon. Dia sibuk and panik sendiri gitu deh. Antrian makin mengular. Akhirnya satu persatu bubar dan memilih untuk bayar di kasir utama saja. Tapi kalau saya tidak mungkin, karena saya pesan makanan disitu.
Karena lama, akhirnya saya KEBELET! Gak mungkin saya tiba-tiba ke toilet dan meninggalkan antrian? Karena suami sedang menjaga Narend dan duduk di meja makan. Berdiri sebentar bisa-bisa meja diambil orang. Akhirnya saya terpaksa menyelesaikan transaksi dulu sampai selesai baru saya bisa ke toilet.
Alhamdulillah setelah kurang lebih 20 menit, menu orderan saya sudah masuk ke kitchen, saya baru bisa ke toilet. Toilet yang saya datangi yaitu di toilet lantai 1 dekat counter roti.
Saat saya masuk, antrian di depan saya ada sekitar 4 orang, 5 orang termasuk saya. Hmm… antrinya ini gak di depan pintu toiletnya ya. Pintu toiletnya ada 4. Tapi antri di ujung 1 toilet. Udah kebayang kan? Jadi pintu berapapun buka yang antriannya bisa langsung masuk di pintu berapa aja. Alhamdulillah tidak terlalu lama durasi masing-masing yang memakai toiletnya itu. Saat antrian di depan saya tinggal 2 orang lagi, tiba-tiba masuklah ibu-ibu dengan 1 anak (cewe), yang usia anaknya kira-kira sekitar 5-6 tahunan deh. Awalnya sih dia melongok sebentar ke dalam, dia ingin melihat seberapa panjang antrian toiletnya itu. Ini sih cuma asumsi saya aja. Karena setelah dia melongok ke dalam, dia dan anaknya langsung menuju washtafel untuk cuci tangan.
Anaknya cuci tangan kemudian dikeringkan kemudian berdiri di depan pintu toilet yang tidak ada antriannya disitu. Seharusnya kalau mau sesuai antrian, dia harusnya berdiri dan antri di belakang saya. Saat pintu di depan dia terbuka, cekrek, yang harusnya giliran saya, tiba-tiba dia mau masuk sambil menggiring anaknya itu ke dalam. Anaknya gak keliatan pup di celana atau popoknya sih, alias anteng-anteng aja. Waktu cuci tangan juga tidak memperlihatkan bahwa dia tidak nyaman dengan celananya itu.
Tapi karena saya berhasil menghadang, akhirnya si ibu-ibu itu tidak berhasil masuk. Karena saya cukup banyak waktu, untuk seandainya ribut dan mempermasalahkan, akhirnya saya ladenin seperlunya. Ini kira-kira percakapan kami :
Saya : “Maaf ya bu, sebaiknya antri di belakang saya kali ya?”
Ibu-ibu rese : “Tapi ini anak saya yang mau masuk?”
Trus so whaattt?? Whats the problem kalo anak loe yang masuk?
Saya : “Iya, tapi saya duluan ya, ibu silakan antri di belakang.”
Ibu-ibu rese : “Tapi anak saya pup mba.”
Saya : “Saya kebelet. Sama kan haknya?”
Ibu-ibu rese : “tapi ini anak kecil lho mbaaaaaaaaaaaaaaa….”
Nadanya panjang, and I dont care. Gue kebelet. Semua punya hak yang sama. Titik!
Saya : “Iya saya tau, tapi saya juga kebelet. Paham?”
Karena saya gak punya banyak waktu lagi, daripada saya ngompol di celana, akhirnya saya tinggalkan ocehan dia yang gak penting dan langsung masuk ke dalam toilet. Gak butuh waktu lama untuk saya di toilet. Habis pipis and done. Selesai. Saya keluar! Saya cuma sekitar 2 menit barangkali di toilet.
Saat saya keluar, si ibu-ibu itu masih aja antri di depan pintu toilet itu. (Duh, wajah resenya masih terbayang-bayang di otak saya). Saat saya keluar, ternyata antrian toiletnya sudah panjaang aja, ada sekitar 5 orang yang antri saat itu. Saat saya keluar, si ibu-ibu rese itu tiba-tiba langsung masuk, ibu-ibu yang antri itu langsung bilang dong begini :
Dalam hati aku, It’s not my problem deh. Disitu semua orang sudah antri dan gak tau permasalahannya, jadi kesel gitu deh sama si ibu-ibu itu :))
Rasanya saya pengen kasih etika ke ibu itu bahwa semua orang punya hak yang sama di toilet. terlepas dia pup kek, atau dia pipis di celana kek, selama dia gak ijin sama orang yang antri di depannya, menurut saya dia harus tetap antri sesuai dengan kaidahnya. Saya punya anak. dan saya tahu etika, bahwa menurut saya, orang yang didahulukan masuk ke dalam toiletelah itu cuma 2 : Ibu hamil dan nenek-nenek. Terlepas anaknya pup, kalau mulutnya masih berfungsi, bisa kan ijin sama saya, untuk masuk duluan? Gak main nyerobot aja?
Setelah balik dari toilet, saya ceritakan masalah ini ke suami.
“Gue hampir ribut tadi sama ibu-ibu gila yang gak tau etika!”
Hihhi… suami saya panas seketika, dan bilang, saya harusnya memberitahukan bahwa dia harus bisa mengajarkan anaknya antri. Semua orang punya hak yang sama. Kalau orangtuanya aja seperti itu, anaknya nanti anaknya akan jadi tidak jauh beda dengan ibunya.
Ya ibunya sih saya lihat well educated, yang punya mobil dan sering ke mall. Saya cuma curiga dia selalu berlaku hal seperti itu untuk tiap antrian. Dengan memakai anaknya sebagai modus. Karena saya pernah menemukan kasus seperti ini, saya lupa dimana, entah di toilet rest area atau dimana, anaknya dipakai sebagai modus, bilang bahwa anaknya pup. Terus saya denger dari luar, emaknya pipis juga. Jadi nyesel kuadrat saya kasih antrian duluan. Soalnya dia gak ijin sama saya sebelumnya. Cuma bilang, “saya duluan, anak saya pup!”
Itukan bilang, bukannya ijin ….
Yah, bagi saya dan suami itu etika itu adalah nomor 1. Jika kita mau dihargai oranglain, coba belajar menghargai oranglain dulu. Give dulu, baru take. Jangan maunya dihargai terus. Kalau selamanya begitu, percaya deh, yang ada banyak banget orang-orang egois di dunia ini. Jangan kita ajarkan mau dihargai dulu, baru menghargai ya.
Nyatanya, lebih susah ngajarin Ibu-Ibu daripada anak kecil, Mbak Olin. Sedih ya kasus kayak gini sering. Enggak di toilet, enggak di atm, enggak di tempat makan. Hufff~
Bikin sebel manusia jenis begitu ya mbak..pengen ditoyor…
Gimana kalau dia ada disini ya..yg semua org harus antri mau apapun juga…
aku mah sering nyemprot orang yang gak mau antri, apalagi kalau antrian di supermarket dg alasan belanja sedikit, hadeuh
Aku pun gemeeees mba kalo ada yg nyelak antrian gitu. Di stasiun kereta masih suka ada jg yg nyelak.. Parahnya klo mereka bawa anak, gak heran klo dr kecil udah ngeliat gitu gedenya jd gak disiplin msalah antrian ya..
sempet juga ngeladenin walau kebelet ya mba…, kalau aku masuk aja..urusan abis pipis hi2
Paling gemes kalau ada orang yg gak mau antri
dimana-mana sering diserobot ibu-ibu. hemm..moga nanti pas jadi ibu2 enggak gitu
Hebat mbaaaakk… Berani negir tuh ibu2… Niru ah caranya mbak negor tu ibu.. Hehe
Bdw ngomong2 yang abege gak tau etika itu, aku seeing mbak ketemu abege sejenis itu.. Biasanya aku jutekin…