Pinky%2BPromise.jpg

Movie Review : Pinky Promise (Tentang Arti Persahabatan Serta Kerasnya Menjalani Ujian Hidup)

Pinky Promise
Film : Drama 
Produser : Wailan Rotinsulu, Robby Zoriza
Sutradara : Guntur Soeharjanto
Penulis : Gina S. Noer
Produksi : MPPro Pictures

Hari Minggu 9 Oktober 2016 lalu saya berkesempatan untuk ikutan nobar bersama komunitas Womanpreneur Community di Revo Town Bekasi. Di awal-awal scene saya telat untuk lihat scene yang pertama, bukan karena macet, tapi karena saya agak kesulitan menghubungi panitia pemegang tiketnya. Jadi saat awal-awal scene saya agak skip. Pemeran Film ini cukup banyak, mulai dari yang junior hingga senior, yaitu Agni Pratisha, Alexandra Gottardo, Chelsea Islan, Dhea Seto, Dea Ananda, Ira Maya Sopha, Ringgo Agus, Derby Romero, Maudy Koesnadi, Gunawan.

Film ini juga dalam rangka Octobreast yaitu bulan kepedulian Kanker Payudara, salah satunya didukung penuh oleh komunitas Love Pink.

Review Film
Jadi muncul-muncul di scene saat Kartika Rahayu atau dipanggil dengan Tika yang diperankan oleh Agni Pratisha muncul berdialog dengan tantenya Anind yang diperankan oleh Ira Maya Sopha. bagi Tika hidupnya saat ini adalah yang terburuk dari semuanya, ditinggal menikah oleh tunangannya, sepertinya semua harapan luruh dan seperti tidak ada semangat hidup lagi. Tantenya, Anind, tante Tika satu-satunya yang bisa berhasil membuat Tika move-on dari kesedihannya itu. Anind juga menyuruh Tika untuk pindah kerumahnya. 
Tika merasa hidupnyalah yang paling menyedihkan, padahal dibalik kehidupannya, ada orang-orang atau bahkan banyak yang kurang beruntung menikmati hidup dengan sempurna. Contohnya adalah tantenya sendiri, Anind. Anind di usianya sekarang 55 tahun, tidak pernah menikah, tidak pernah punya anak juga. Bahkan Anind divonis menderita kanker payudara. Disitulah Tika perlahan bisa membuka mata bahwa selain dirinya, masih ada orang yang kurang beruntung.
Anind ingin hidupnya lebih berarti, oleh karena itu ia mendirikan Rumah Pink, sebagai wadah dan tempat sharing serta berbagi cerita untuk orang-orang penderita kanker. Awalnya mendirikan Rumah Pink ini mendapat pertentangan dari Tika, tapi lama kelamaan Tika setuju dan membuka lowongan di media sosial bahwa butuh banyak relawan untuk Rumah Pink. Gak hanya wanita, tapi juga menerima pria. Sampai suatu ketika mereka berkenalan dengan orang-orang baru, Ken berusia 21 tahun, ia adalah seorang dancer, mahasiswa dan juga seorang blogger, Baby (30 tahun) seorang model majalah dewasa yang menjadi simpanan pria kaya raya, yang diperankan oleh Alexandra Gottardo, Farid (40 tahun) yang diperankan oleh Ringgo Agus, dan Vina (35 tahun) yang diperankan oleh Dea Ananda. Vina memiliki masalah kesulitan ekonomi, jadi kalau merasa sakit, kalau tidak urgent sebisa mungkin tidak diperiksa ke dokter, karena Vina takut tidak bisa membayar biaya rumah sakitnya, karena suaminya, Farid, hanyalah seorang satpam. Mereka semuanya mempunyai latar belakang dan tingkat ekonomi yang berbeda-beda. 
Berkat Rumah Pink, mereka semua berkoneksi satu sama lain, yaitu mereka semua sama-sama menderita penyakit kanker. Ken (seorang mahasiswa), pernah dilakukan single masektomi 1 tahun lalu. Lalu ada Baby yang seorang model tapi juga ternyata menderita kanker. Begitu juga dengan Vina. Scene yang paling saya suka adalah saat dimana Vina dinyatakan kanker sudah stadium 2B saat diperiksa di dokter. Yang awalnya terlihat biasa saja ternyata hal yang harus kita perhatikan. 
Visi Rumah Pink adalah rumah untuk seluruh pejuang kanker payudara untuk yang terkena maupun yang mendampingi.

Testimoni 

Baru saja saya kehilangan 2 orang sahabat saya, mereka adalah pejuang kanker yang sudah bertahun-tahun. Itu rasanya menyesakkan dada. Dan mereka sama-sama pejuang kanker. Melalui film ini, sSaya jadi tahu bahwa efek kemoterapi ternyata bisa berefek beda-beda setiap orang. Ada yang merasakan muntah-muntah seperti Anind (Tantenya Tika), ada juga yang efeknya menjadi buta, atau ada yang jadi tidak merasakan apa-apa, rambut rontok, dan sebagainya. That’s why sebagian orang yang menderita kanker memilih untuk tidak dikemoterapi.

Yang paling saya amaze, para pemain utamanya sepertinya mencukur habis rambutnya, termasuk Agni dan Alex. Pemeran yang saya suka disini adalah Alexandra Gottardo, seorang model tapi berlogat jawa, ia bisa memerankan seseorang yang berbeda, dari peran-peran yang biasa ia mainkan. Perannya juga oke banget!

Buat movie lovers, film ini masukkan ke dalam daftar list kamu, karena film ini sedang beredar di bioskop-bioskop kesayangan kamu. Karena setiap janji punya warnanya sendiri.

4 Responses

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *