Nobar kali ini bertempat di Cinemaxx Plaza Semanggi lantai 3A. Pastinya saya tidak akan melewatkan kesempatan emas ini, karena selain memang katanya filmnya oke banget, plus ini kali pertama saya nonton di bioskop ini. Sebelumnya saya pernah nonton di Cinemaxx hanya saja di mall fX. Untuk yang di Plaza Semanggi ini adalah kali pertama bersama para bloggers.
Seneng banget disini saya bisa nobar sekaligus menjadi ajang kopdar sesama blogger. Karena banyak bangeet blogger yang hadir di acara nobar kali ini 🙂 Ohya, saya mendapat 2 free tiket untuk nonton bareng bersama blogger plus 2 compliment for snack.
2 free tickets |
Cemilan asik selama nonton |
Kali ini saya gak nonton sendiri, tapi bersama sang suami tercinta 🙂 Awalnya sih dia agak menolak waktu saya ajak nonton film ini. Pasalnya ia juga gak suka drama. Tapi karena saya bujuk dan bilang bahwa ini diangkat dari true story, baru deh ia mengiyakan untuk ikut 🙂
Rupanya sekolah tersebut diambang kritis akan ditutup. Jika dalam waktu beberapa bulan gagal mendapatkan kepala sekolah baru pada waktunya, maka sekolah tersebut akan ditutup. Hung khawatir masa depan anak-anak tersebut jadi tidak jelas. Berbekal tekad yang ada, akhirnya ia memutuskan untuk melamar menjadi kepala sekolah di sekolah tersebut meski dengan gaji sangat rendah, yaitu HK$ 4500 dan menunda perjalanan pensiunnya.
Awalnya keputusan Hung ini sempat ditentang oleh suaminya, Doong. Pasalnya Doong sangat mengkhawatirkan kesehatan Hung. Tapi karena Hung berjanji bahwa ini bukanlah pekerjaan tetapnya, tapi hanya bersifat sementara akhirnya Doong menyetujui keputusannya.
Banyak hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki sekolah itu. Mulai dari pembenahan ruangan, membersihkan toilet, menjemput anak-anak ke sekolah sampai merencanakan kurikulum, semua dikerjakan sendiri oleh Hung. Tidak sedikit cemoohan dari tetangga sekitar tentang upaya Hung supaya sekolah tersebut tetap hidup.
Usaha Hung untuk mempertahankan sekolah dan murid-muridnya tidak berjalan dengan mulus. Ada saja rintangan yang dihadapinya. Mulai dari murid-murid yang sulit diatur, para orangtua murid, sampai penduduk yang memandangnya dengan sebelah mata. Bahkan diantara dari mereka ada yang sampai memasang taruhan 🙂
Anak-anak dari berbeda latar belakang sangat mewarnai lika liku perjuangan Hung untuk mempertahankan keberlangsungan sekolah ini. Tapi benang merah dari keadaan anak-anak itu adalah kondisi orangtua mereka. Orangtua mereka bukanlah dari keluarga besar dan kaya, justru orangtua mereka adalah orang yang kurang mampu. Seperti orangtua dari Kitty Fathima dan Jennie Fathima (anak dari kebangsaan India), mempunyai prinsip, bahwa anak perempuan tidak harus mempunyai pendidikan yang tinggi. Cukup membantu orangtua saja di dapur.
Lain lagi dengan Chu Chu. Ia adalah salah kelima dari murid yang sering mengalami trauma. Orangtua Chu Chu meninggal saat kecelakaan mobil kondisi malam badai. Nah sejak saat itu Chu Chu diadopsi oleh kerabat jauhnya, Bibi Han.
Chu Chu |
Lalu ada Ka Ka. Ka Ka adalah gadis yang sangat dewasa walaupun usianya masih sangat belia. Dia menolak untuk pergi ke sekolah karena harus jadi penengah pertengkaran kedua orangtuanya. Ya, orangtua Ka Ka setiap hari selalu bertengkar. Dan Ka Ka yang harus menjadi saksi diantara pertengkaran itu. Orangtua Ka Ka mendapat perlakuan tidak baik dari seorang developer yang ingin merampas haknya. Yaitu rumahnya akan dibangun sebuah apartemen yang tentunya belum mendapat izin dari orangtua Ka Ka. Bukan hanya itu, ayah Ka Ka kehilangan satu kakinya akibat kecelakaan di tempat kerjanya. Akhirnya ayahnya kehilangan pekerjaan dan dengan keadaan ini ayahnya menjadi sangat terpukul. Itulah sebabnya ayah dan ibunya selalu bertengkar. Pertengakaran ayah ibunya sangat membawa dampak besar terhadappsikologis Ka Ka. Ka Ka menjadi anak yang introvert, pendiam, antipati, tertutup dan juga anti sosial. Saya belajar banyak dari scene ini. Sekesal apapun dengan pasangan kita, sebaiknya kita tidak ribut di hadapan anak. Karena akibatnya bisa menurunkan psikologis anak.
Yang bikin saya terenyuh lagi yaitu keadaan dari Siu Suet. Yaitu anak dari seorang ayah yang sudah tua dan selalu sakit-sakitan. Ibu Siu Suet masih menunggu visa di Cina Daratan untuk datang ke Hongkong. Karena kondisi ayahnya yang selalu sakit-sakitan itulah ia harus mengurus pekerjaan rumah pada saat usianya masih belia. Saya menangis saat adegan ini. Karena masih belia Siu Suet sudah bisa mengerjakan pekerjaan rumah, mulai dari mencuci piring, mencuci baju, memasak untuk ayah dan dirinya, sampai kepada jual beli barang bekas. Aduh saya gak kuat melihatnya. Saat scene ini saya benar-benar menangis 🙂
Film ini bukan hanya mengulas tentang kegigihan dari seorang kepala sekolah. Tapi film ini juga mengajarkan arti penting dari sebuah mimpi. Guna untuk meningkatkan motivasinya dalam belajar, Hung membuat program kurikulum yaitu setiap anak wajib untuk membuat sebuah impian besar setinggi-tingginya dan menggantungkannya di sebuah pohon impian. Harapannya suatu saat impiannya itu bisa tercapai. Bukan hanya murid-murid saja, tapi juga orangtua dari para murid itu diwajibkan untuk membuat impian terbesar mereka. Awalnya orangtua mereka mencemooh apa yang dilakukan oleh anaknya. Orangtuanya menganggap anaknya bukanlah dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpi. Awalnya mereka mengaku tidak punya impian apa-apa. Akhirnya setela dibujuk, orangtua mereka mau juga berterus terang tentang impian mereka masing-masing. Dan impian inilah yang membuat hidup mereka lebih berwarna, lebih termotivasi dan juga lebih bersemangat.
Impian Hung hanya satu, ia ingin sekali setiap anak berhak mendapat perlakuan dan pendidikan yang sama, karena pendidikan seharusnya tidak memandang dari segi materi. Anak-anak yang kurang mampu bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Dan Ka Ka punya cita-cita, jika ia besar nanti bisa menjadi guru seperti guru Hung, agar banyak anak-anak yang seperti dirinya bisa berubah dan menjadi orang yang berguna untuk oranglain.
Film ini sangat-sangat banyak menguras air mata. Bahkan katanya aktris utama Miriam Yeung mengatakan bahwa ia menangis selama syuting dan beberapa adegan terpaksa ditunda karena matanya terlihat bengkak. Yeung mendapat banyak pelajaran penting dari film ini, yaitu berkomunikasi dengan anak-anak, kita perlu bersikap seolah-lah kita sejajar dengan mereka dibandingkan melakukan pendekatan atas-bawah.
Film Little Big Master ini dalam rangka memperingati I Love HK Movies di Hongkong, disutradarai oleh Andrian Kwan dan produser Benny Chan, Little Big Master menuai banyak pujian dan meraih sukses besar di Hongkong. Dan juga berhasil meraup pendapatan HK$46,6 juta, atau sekitar Rp 80 milyar di Hong Kong Box Office.
Nah, akhirnya bagaimana usaha Hung demi menyelamatkan TK tersebut? Apakah berhasil atau tidak? Harus ditonton dulu dong. Little Big Master hanya di Celestial Movies tanggal 25 Oktober 2015 (sama dengan tanggal anniversary saya nih) 🙂 pukul 20.00 WIB. Celestial Movies bisa disaksikan di Indovision (CH-20), K-Vision (CH-47), Matrix (CH-9), Nexmedia (CH. 508), Okevision (CH. 19), OrangeTV (CH. 162), Skynindo (CH. 19), Transvision (CH. 12), TopTV (CH. 20), Topas TV (Ch. 61), UTV (CH. 891), dan YesTV (CH. 108).
Salam,
salam sejahtera
keren nih film, guru yang benar-benar mengabdi untuk menjadikan muridnya berprestasi
sebenarnya di Indonesia juga ada banyak guru yang seperti ini
menarik banget nih filmnya, udah nungguin kemarin ehh ketiduran huhu moga diputar ulang deh, penasaran..
sudah lama enggak nonton di bioskop,
keren kayanya ini film
gw dah nonton nie, yg sedih pas kelulusan.. dia bilang gak mau lulus… weeeeeeeeek