Masih segar dalam ingatan saya, bahwa saya dan suami menikah di tahun 2008. Kami punya prinsip, kalau menikah, ada 2 vendor yang menurut kami harus terbaik, yaitu Vendor Foto dan Vendor Catering. Kalau ditanya kenapa? Untuk vendor Foto jawabannya karena menikah kan hanya sekali seumur hidup, jadi kalau fotonya jelek gak mungkin bisa di edit, karena moment tidak bisa di ulang. Sedangkan untuk vendor Catering harus makanan yang enak, tahu sendiri lah, kalau rasa makanannya tidak enak, jadi omongan tamu-tamu yang datang kan, karena itu kami mau ke-2 vendor itu yang the best 🙂
Mempersiapkan perut dan lidah untuk Test Food
Nah, berbekal dari komitmen itu, kami sudah mempersiapkan diri sejak tahun 2007 (setahun sebelum menikah), “Mempersiapkan apa?” Tentunya mempersiapkan vendor-vendor yang akan kami pilih, kami rajin yang namanya datang ke JCC. “Buat apa?”, selain ngumpulin brosur vendor, yang terpenting adalah Test Food (buat yang mau atau sudah menikah pasti hapal kata ini). Karena itulah, setiap minggu kami selalu membawa pulang berbagai macam brosur, mau Brosur Catering, Brosur Photography, Brosur Suvenir sampai Brosur Gedung, dan biasanya setiap tahun minimal selalu ada 2 event Wedding Exhibition.
Untuk masuk ke Wedding Exhibition pastinya harus bayar, jadi habis icip-icip, kami selalu memberikan penilaian dan harga di brosur catering yang kami icip, hal ini agar tidak lupa tentang rasa makanannya. Nah kalau sedang tidak ada wedding exhibition, biasanya kami contact vendor catering dan umumnya mereka mengundang kami untuk datang ke acara wedding orang lain, “Ke wedding orang lain, untuk apa?” Yah untuk test food pastinya, karena saat di exhibition dengan saat real di lapangan terkadang rasanya beda loh, dan uniknya, hal ini kami lakukan hampir setiap minggu. Ya kalau ditanya “Capek gak test food?” jawabannya yah pasti capek, tapi yah mau gak mau di jalanin, karena kan tujuannya mau mencari vendor catering yang oke, bukan sekedar icip-icip atau makan gratis.
Saran saya, coba untuk datang ke wedding orang lain untuk mencicipi makanan hasil pilihan vendor, jangan percaya 100% dengan rasa yang kamu coba sebelumnya di exhibition, ingat tidak hanya itu, kamu juga bisa melihat tampilan dekorasi saat acara.
Galaunya milih Menu Buffet dan Gubukan
Naah, ini nih yang paling susaaah, waktu saya dan suami cocok dengan vendor catering pilihan kami, tapi waktu ngajak orang tua dan camer (calon mertua) belum tentu enak. Tidak hanya soal rasa, untuk pilihan lebih banyak main course atau lebih banyak gubukan pun terkadang tidak menemui kata sepakat, orangtua mau gubukannya lebih banyak ketimbang main course, tapi saya dan suami pinginnya lebih banyak main course. Karena itu, yang datang ke wedding orang lain, tidak hanya kami, namun juga orang tua dan camer loh.
Saran saya, untuk menu makanan buffet usahakan memilih menu yang menjadi favorit catering, yang kamu pilih, untuk gubukan, jumlahnya disesuaikan dengan luas dan besar gedung kamu, jangan terlalu sedikit karena nanti orang melihatnya kamu itu pelit loh. Lalu kalau disuruh memilih antara banyak buffet atau gubukan, saran saya lebih banyak buffet, karena kalau sampai buffet habis bisa-bisa jadi pembicaraan esok hari di lingkungan rumah kamu loh, namun kalau yang habis gubukan kan wajar, karena orang pasti akan “menyerang” gubukan terlebih dahulu. Trus untuk orang tua, pastikan kamu mengajak orang tua saat memang catering yang kamu pilih sudah final, jadi orang tua tinggal memutuskan ok atau tidak, jangan sampai mengajak orang tua untuk ikutan test food ke banyak lokasi, karena mereka malah kecapean.
Kalau ada yang bertanya “Lin, menu makanan kamu waktu resepsi dulu apa ya?”, saya masih ingat betul menu makanannya loh even sudah 7 tahun, yaitu Dendeng Balado, Tumis Daging Cah Cabai Hijau, Sop Kimlo dan Nasi Goreng Kacang Polong.
Harga, antara Keinginan dan Budget
Untuk urusan harga, dulu saya dan suami punya komitmen, kami gak mau lebih dari Rp. 45.000 / pax, “Kenapa kok dibatasi untuk harga per-pax?”, Simple kok, hal ini sudah kami budgetkan, saat itu kami berencana mengundang kurang lebih 1000 tamu undangan. Jadi minimal kami harus menyiapkan budget Rp. 45 juta untuk alokasi buffet, dan jaman kami untuk 1 gubukan Rp. 1.8 juta, kalau ada 10 gubukan jadi sekitar Rp. 18 juta, totalnya bisa sekitar Rp. 63 jt, nah itu hanya untuk catering loh, belum termasuk gedung.
Dulu agak-agak ribet nentuin budget catering ini. Karena ada yang rasanya enak, tapi harganya selangit. Ada yang harganya murah, tapi rasanya gak enak. Kami sih melakukan aktivitas ini asik-asik aja, tanpa beban. Tapi kami juga tidak mau terlena. Waktu trus berjalan. Kami harus menentukan vendor mana yang akan kami pakai.
Saran saya, setelah mengumpulkan brosur-brosur catering, tentukan harga maksimal per-pax berapa, lalu cari vendor catering yang harganya sesuai dengan range budget kamu, jangan terlalu memaksakan diri untuk memilih vendor catering yang super enak, karena budget untuk vendor lain bisa berkurang karena hal ini.
Wedding, dulu dan sekarang
Dulu seperti yang sudah saya ceritakan diatas, untuk mendapatkan vendor catering yang enak tidak semudah yang dikira, karena pengalaman dari beberapa teman saya, sering kejadian hasil rekomendasi orang lain, waktu wedding orang itu memang rasanya enak, namun saat wedding kita sendiri, rasanya gak karuan, untuk mengatasi hal inilah, waktu mau menikah, saya dan suami sering datang ke wedding festival ataupun undangan vendor untuk datang ke resepsi orang lain untuk test food, hal itu karena kami belum mengetahui vendor catering yang enak dan berkualitas, dan yang gak asik, kitanya sudah dapat catering yang enak, belum tentu dari pihak gedung mau menerima vendor catering dari kita. Gimana menurut kalian, takes time kan? Mulai dari mengumpulkan brosur, test food sendiri, trus ajak keluarga, nanya ke gedung soal vendor catering pilihan kita sampai pemilihan menu dan gubukan.
Lain dulu, lain sekarang, saya yakin setelah membaca sampai sini, kamu akan bertanya “Kalau dulu itu kita harus melalui tahapan diatas, sekarang gimana?” walau sudah selisih 7 tahun dari saya sibuk dengan urusan vendor catering, tetap ada yang menggunakan cara yang saya lakukan diatas alasannya simple karena mereka lebih suka seperti itu. Namun jaman kan sudah berubah, apalagi yang paling berkembang adalah internet, saya ingat betul 7 tahun lalu koneksi internet masih sangat lambat (2G), dan gadget masih terbatas (B****berry), terutama untuk search informasi di web dengan tampilan hemat ala mobile. Sangat berbeda dengan sekarang dimana akses internet sudah cepat serta murah (4G) dan layar gadget sudah touch screen plus resolusi HD.
Jaman saya dulu, ada sih 1 website wedding yang berisi berbagai macam vendor, saya juga menggunakan sebagai acuan (buat yang sudah merid pasti tahu jelas nama websitenya hihihi), namun jujur, terkadang tidak sesuai dengan apa yang saya cari, karena websitenya hanya berupa forum, jadi informasi yang didapatkan sangat terbatas dan hampir semua vendor bisa masuk tanpa ada filter dari pemilik website, jadi tidak ada jaminan bahwa vendor yang ada disana sudah di seleksi dan sesuai dengan standarisasi wedding, apalagi dulu masih ribet untuk bertanya, maklum karena berupa forum, interaksi semua akan di respon di forum (buat yang familiar dengan kaskus pasti paham deh sama yang namanya forum), apalagi tidak ada fungsi search vendor, jadinya kudu ngubek-ngubek forum buat dapetin vendor.
Jaman sekarang, sudah sangat berbeda dengan jaman dulu, saat ini untuk interaksi seperti forum sudah mulai ditinggalkan, maklum lah sekarang yang paling booming adalah Social Media, jadi apapun yang kamu tulis dan like di website bisa langsung di share di social media, dan kamu sebagai user bahkan bisa bertanya ke user lain lewat social media tanpa ada batasan apapun.
7 Fitur Penting di Website Wedding (Menurut saya)
Kalau ada yang bertanya “Lin, menurut lo website wedding jaman sekarang kaya gimana sih enaknya?”, hm.. untuk yang ini lumayan sulit, jadi bertanya-tanya apa yang ada di kepala saya 7 tahun lalu, kira-kira ada 7 hal yang terbesit di kepala saya :
1. Listing vendor dibuat per-kategori, jadi kalau saya mencari Vendor Catering, semua vendor yang berhubungan dengan catering akan terlisting, kalau mau Photography maka hanya vendor photography yang terlisting
2. Vendor yang terlisting tidak hanya di Jakarta, ini nih yang sering menjadi kendala, apalagi kalau kita tinggal di Jakarta, tapi nikahnya di daerah lain, misalnya Bandung, ribet kan kudu bolak balik untuk test food ke Bandung
3. Vendor bisa di listing berdasarkan harga catering dari yang murah sampai yang mahal. Karena pengalaman saya, kalau manual lumayan ribet bikin di excel, trus di sorting.
4. Informasi vendor secara lengkap, mulai dari PIC, alamat, no telp, email dan social media. Makin lengkap akan makin mudah menghubunginya.
5. Ada foto project-project yang sedang di handle dan pastinya ter-update.
6. Ada review dari orang yang telah menggunakan jasa vendor yang bersangkutan.
7. Bisa bertanya kepada vendor langsung di website, jadi gak repot-repot nge-mail.
Rasa iseng itu jadi rasa ingin tahu untuk mencari website yang bisa mengakomodir 7 hal yang saya mention di atas, saya mencari di Internet beberapa website wedding yang ada, namun ada beberapa kategori yang tidak sesuai, seperti : tidak ada price list actual, vendor hanya ada di pulau jawa, vendor tidak bisa di sorting berdasarkan harga.
Global Wedding Marketplace, Terlengkap dan Terpercaya
Cari punya cari, setelah mencari dan bertanya ke mbah Google, trus ngubek-ngubek seharian plus bandingin beberapa web, akhirnya dapat juga website wedding yang mengakomodir 7 hal diatas, bahkan bisa dibilang sebagai sebuah global marketplace yang lengkap, penasaran nama websitenya apa? Hihihi, ok deh aku kasih tahu, namanya BRIDESTORY.
Selidik punya selidik, ternyata perusahaan yang berlokasi di Newyork, US ini adalah satu-satunya wedding direktori dan marketplace terbesar di dunia yang menghubungkan antara calon pasutri dengan vendor wedding professional.
Kamu pasti bertanya “Memangnya Bridestory bisa mengakomodir 7 hal yang di mention di atas?”, well sebenarnya sih awalnya saya berfikir tidak mungkin ah ada website wedding yang mencakup semua itu, tapi setelah seharian ngotak-ngatik website Bridestory, ini nih hasilnya :
1. Bisa search berdasarkan kategori vendor, dan tidak hanya itu, jenis vendornya juga beraneka ragam. Mulai dari Dekorasi, MC, Restal, Hadiah, Bunga, sampai untuk perawatan kecantikan ada disini loh. Bisa dibilang ini all in one solution.
search berdasarkan kategori vendor – Doc: bridestory.com |
2. Vendor wedding tersebar di seluruh dunia, dan untuk Indonesia sendiri semua propinsi terlisting disana, jadi tidak kawatir lagi kejadian menikah di propinsi yang berbeda dengan domisili kita.
Dari Sabang sampai Merauke ada disini, wow – Doc: bridestory.com |
3. Harganya bisa di sorting berdasarkan harga yang rendah, sedang dan mahal. Jadi bisa disesuaikan sesuai budget.
Dari yang harganya terjangkau sampai yang mahal loh – Doc: bridestory.com |
4. Informasi vendor yang diberikan lumayan lengkap, mulai dari alamat, no telp, email, website sampai social media lengkap banget.
Lengkap banget, mulai dari alamat sampai no telp – Doc: bridestory.com |
5. Wah foto-foto project dari vendor yang saya inginkan, ada loh, lengkap dan update.
Lengkap banget foto-foto projectnya, dan terbaru 🙂 – Doc: bridestory.com |
6. Ini nih yang dulu sangat saya butuhkan, review orang yang telah menggunakan jasa dari vendor yang mau saya pakai.
Review dari calon customer sangat dibutuhkan untuk melihat kredibilitas vendor – Doc: bridestory.com |
7. Memang sih, kita sudah di sediakan no telp, email bahkan social media, namun saya juga butuh contact vendornya via website, kenapa? Karena vendor yang bagus, pasti akan merespon dari website yang kita gunakan ini.
Menunggu respon dari vendor via question box ini merupakan cara untuk mengetahui vendor update atau tidak – Doc: bridestory.com |
Setelah melihat kebutuhan saya diakomodir seperti ini, gimana kebutuhan teman-teman? Saya harapkan bisa terakomodir juga ya, alias gak jauh-jauh dari 7 hal yang saya sebutkan diatas. Kalau jaman dulu ada Bridestory, pasti enak gak ribet kaya dulu.
Buat saya Bridestory bisa mengakomodir kebutuhan saya, namun untuk calon pasutri lain mungkin beberapa hal dibawah bisa menjawab keraguan yang masih belum yakin dengan Bridestory :
1. Bridestory adalah marketplace, jadi kamu bisa menemukan vendor-vendor yang sudah di verifikasi oleh tim Bridestory, kenapa begitu? Karena untuk masuk ke Bridestory, harus memasukkan seluruh data vendor secara real, tidak main-main
2. Bridestory melisting semua jenis kebutuhan anda, mulai dari vendor hantaran bunga sampai jas pengantin, dari suvenir sampai undangan. Jadi bisa dibilang anda buka Bridestory, semua kebutuhan wedding anda tercakup semua
3. Lokasi vendor di Bridestory sangat banyak sekali, mau Jakarta, Bandung, Solo bahkan kamu yang mencari vendor di Sydney sampai Tokyo pun ada, jadi menikah dimana saja sudah tidak jadi masalah, cuma pasangannya aja yang harus dipikirkan 🙂
4. Di Bridestory kamu bisa melihat vendor mana yang paling banyak dilihat, vendor mana yang paling disukai, review orang yang sudah menggunakan jasa vendor sampai price list jasa/produk yang ditawarkan oleh para vendor
5. Dan yang terpenting dari semua itu, registrasi dan mulai mendapatkan semua informasi itu, GRATIS tanpa biaya sepeser pun. Beda sekali kalau anda harus datang ke Wedding Expo trus ngumpulin vendor-vendor yang ada
Untuk saya, Bridestory adalah Global Wedding Marketplace Terlengkap dan Terpercaya yang akan menginspirasi para calon pengantin di seluruh dunia. Menurut kamu? 🙂
kalau saya beberapa kali diminta ngurus wedding, biasanya setelah dapat gedung berikutnya adalah menentukan catering karena bujet terbesar umumnya di catering. Test food memang penting banget untuk tau rasa, porsi, dll. Termasuk kebersihan dan cara penyajiannya.
Pengalaman saya, sih biasanya kalau resepsi siang, tamu banyak nyerbu buffet karena butuh makan siang. Tapi kalau malam, kebanyakan gubuk yang dicari tamu. Jadi lebih banyak mana porsinya, waktu acara juga menentukan. Tapi biasanya catering juga punya perhitungan sendiri. Ada hitungan matematikanya. Nanti tinggal disamakan aja.
Foto juga penting. Apalagi pas jaman saya dimana belu kenal foto digital. Masih yang berupa klise. Jadi pasrah aja deh kalau hasilnya jelek hahaha. Untungnya enggak 😀