Narend+belajar+menyusui+2.jpg

Akhirnya Baby Narend Ngalemin Bingung Dot Juga

Biasanya kendala yang dialami oleh para young mommy adalah bayinya bingung puting. Buat yang gak tau artinya, bingung puting adalah satu masalah yang timbul karena bayi mengalami kebingungan antara puting dengan dot. Biasanya ditandai dengan tidak mau menyusui melalui puting lagi. Karena sudah merasa nyaman menyusui dengan dot. Yess… bayi sangat bisa membedakan antara puting si ibu dengan dot. Kalau menyusui dengan puting, aliran ASI yang keluar tidak sederas melalui dot.

Nah, kali ini permasalahan yang aku hadapi justru kebalikan dari kebanyakan ibu-ibu muda. Yang anaknya bingung puting. Justru si baby Narend malah bingung dot *sebut aja demikian, karena aku gak tau istilahnya hihii* Ternyata sejak lahir menyusui melalui puting itu tidak selamanya positive lho. Contohnya aku. Aku termasuk yang FTM *Full Time Mommy* yang 24 jam bersama bayi. Aku berpikir, toh kan aku ada di rumah, bersama bayi, ya sudah aku susui aja terus selama dia membutuhkan. Eh ternyata itu berdampak baby Narend bingung dot 🙁

Ceritanya begini. Sewaktu aku habis lahiran, aku sempat dibekali materi tentang menyusui dan dunia memerah. Nah, sebelum pulang si bidan berpesan, kalau mau ASIX, jangan lupa nanti susui terus ya bu si kecil per 2 jam, langsung melalui puting ibu, selama 24 jam, jangan dikasih susu formula. OK dalam hatiku. It’s no problemo! Toh kan aku di rumah saja. Jadi gak ada masalah kan? Tinggal buka beha langsung susui.

Ternyata, saat baby Narend memasuki usia 3 bulan ini, dia bingung dot. Dia tidak mau lagi menyusui via botol ataupun cup feeder. Alias menolak dan menangis meronta-ronta. Dulu sewaktu baby Narend usia 1-2 bulan, aku selingi dengan ASIP via botol (botol susu pigeon yang aku punya), dia gak ada masalah. Tapi karena aku takut ujung-ujungnya dia bingung puting, akhirnya menyusui via botol tidak kuteruskan lagi. Aku baca-baca referensi di internet cara supaya si bayi mau menyusui lagi via botol yaitu pelan-pelan membisiki telinganya, bahwa jika mama pergi, dia harus mau menyusui dengan botol. Dilakukan terus berulang-ulang. Dan tidak boleh dipaksa.

Hal tersebut sudah aku lakukan selama 2 minggu tapi tetap saja tidak berhasil 🙁 aku tidak tega juga melihat baby narend yang meronta-ronta nangis karena haus, sementara dia menolak diberikan botol ataupun cup feeder. Harus merelakan ASIP ku terbuang dengan percuma karena setiap dicoba melalui cup feeder, baby narend selalu memuntahkannya kembali :(.

Lalu aku coba cari tahu melalui milis AFB (ASI for baby). Ada yang bilang, kalau menyusui via botol, bayinya tidak boleh tahu bahwa mamanya ada di sampingnya. Karena efek psikologis anaknya, nanti dia berpikir mamanya tidak mau menyusuinya lagi. Okelah aku lakukan. Beruntunglah suami aku tidak complain akan hal ini. Dia begitu sabar membantu untuk memberinya susu via botol ataupun cup feeder ke baby Narend. Tapi tetap saja tidak berhasil. Lama-lama suami aku juga tidak tega melihat baby Narend yang terus menerus menangis dan menolak 🙁

Oke, akhirnya kami berdua memutuskan untuk pergi ke klinik laktasi kembali. Kali ini merupakan kali kedua aku datang kesini. Sewaktu yang pertama kali aku datang ke klinik laktasi untuk berkonsultasi bagaimana cara memerah yang baik. Dulu sempat juga diajari tehnik memberikan ASIP melalui cup feeder ke baby Narend. Tapi waktu Narend masih bayi banget, masih berusia 40 hari. Jadinya ya dia nurut-nurut aja. Sekaligus aku mau ngetest juga nih, dengan aku gak berhasil, dengan suami gak berhasil, siapa tahu dengan bidan bisa berhasil.


Berangkatlah aku siang itu menuju RS Mitra Bekasi Barat. Waktu pertama kali aku berkonsultasi masih free. Sekarang sudah dikenakan charge Rp. 25ribu per kedatangan 🙂 Dan bidannya pun sangat mengenali aku. Karena jarak waktu konsultasi pertama dan kedua hanya berselang 1,5 bulan saja 🙂 *Hapal juga tuh bidannya* 


Akhirnya aku diajari ‘kembali’ tehnik memberikan ASIP melalui cup feeder. Woh, ternyata ASIP yang aku perah fresh sebanyak 60ml ludes oleh baby Narend dalam waktu 5 menit! Walaaah, kenapa lancar tjaya ya dengan bidan? Tapi tidak dengan aku? 🙂

Naah, ternyata permasalahannya aku salah tehniknya. Dan harus dibedong terlebih dahulu. Karena masih dalam tahap belajar. Kalau sudah lancara ya tidak usah dibedong juga tidak apa-apa. Nanti juga si bayinya bisa dengan sendirinya.

Memberikan ASIP melalui cup feeder juga ada tehniknya. Tidak boleh dituang, cukup ditempelkan saja bagian mulut cup feedernya ke bagian bibir bayinya. Memberikan ASIP melalui cup feeder mengajarkan kepada si kecil untuk tidak bingung puting, sekaligus mengajarkan juga bahwa dia harus bisa menyusui selain melalui puting ibunya. Mencoba via botol ternyata baby Narend menolak sama sekali.

Gak perlu waktu lama aku berkonsultasi saat itu. Cuma butuh 30 menit saja. Gak lupa aku juga menyarankan suami ikut belajar menyusui melalui cup feeder. Sebelum pulang bidan berpesan agar segera dipraktekkan di rumah. Mulai dari sekarang, babynya harus disusui melalui botol atau cup feeder terlebih dahulu dari pagi sampai sore. Nah malamnya bisa kembali disusui melalui puting ibunya. Dengan tujuan agar bisa ditinggal saat ibunya pergi. So, sama perihalnya kalau si ibunya berangkat kerja. Seakan-akan mengkondisikan demikian. Dan sepertinya, dari pesan singkat yang disampaikan bidan tersebut, mengindikasikan supaya aku jangan balik-balik lagi kesana. Positif sih tujuannya. Kalaupun kembali, semoga bukan karena masalah tentang breastfeeding :D.Selain itu bidan juga berpesan untuk jangan lupa untuk selalu rajin-rajinlah memerah. Minimal per 2 jam sekali. Agar stock ASI di kulkas menjadi banyak. Yesss… itu juga sudah kulakukan sebenarnya sejak baby Narend berusia masuk 2 bulan. Aku semakin sering pumping. Minimal 2-3 jam sekali. Sedapatnya aja berapa ml. Pasti aku pumping. Lalu setelah tercapai 100ml, kusimpan di dalam kulkas. Seperti teori yang sudah-sudah, bahwa semakin sering dipumping, semakin banyak jumlah ASI yang dihasilkan. Seperti teori supply-demand. Yesss itu benar adanya. Alhamdulillah stock ASI ku sekarang bertambah banyak loh 🙂 Walaupun saya tetap menyusui setiap hari. Paling tidak setiap hari saya pasti menyimpan 100 ml di kulkas untuk stock ASIP.

Kudu dibedong supaya tangannya gak kemana-mana 🙂

Ohya, satu lagi pesan bu bidan, supaya jangan juga terlalu sering memberikan ASIP melalui media lain selain puting. Dikhawatirkan bisa terjadi penyapihan dini. Alias babynya nanti terlalu nyaman menggunakan dot, jadinya akan berdampak jadi bingung puting. Bila bingung puting terjadi, si bayinya tidak mau lagi menyusui melalui puting, akibatnya ASI yang dihasilkan makin lama makin sedikit jumlahnya. Karena tidak ada hisapan dari bayi yang berguna sebagai rangsangan. Catet tuh! 🙂

Nah tuh gak boleh dituang ya

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Selesai berkonsultasi, akhirnya kuputuskan langsung pulang ke rumah. Aku jadi gak sabar untuk segera praktek nih. Kenapa aku jadi tidak sabar untuk praktek? Karena aku sudah punya target, bahwa saat baby Narend memasuki usianya di 3 bulan, dia sudah bisa ditinggal dengan pengasuhnya, dan bisa menyusui melalui botol atau cup feeder. Maklum, pekerjaanku sebagai entrepreneur ini memaksaku untuk bisa segera aktif kembali dari cuti, pergi keluar rumah dan pastinya tidak bisa membawa serta baby Narend karena masih terlalu kecil 🙁

Saat tiba di rumah, baby Narend masih tertidur pulas sejak disusui sepulang berkonsultasi tadi. Akhirnya kumanfaatkan saja waktuku untuk pumping dan kusimpan untuk suami praktekkan esok pagi. Dan alhamdulillah baby Narend ternyata mau menyusui melalui botol. Yeaay 60 ml ludess dalam waktu 5 menit! senangnyaa… 🙂

Melihat pengalamanku tadi, kalau saja ada ibu-ibu yang baru saja melahirkan, mungkin akan kusarankan harus langsung belajar menyusui melalui cup feeder ini supaya tidak terjadi bingung dot seperti yang ku alami ini. Karena bingung dot ini terjadi akibat aku terlalu menganggap enteng, bahwa menyusui melalui puting itu tidak ada masalah. Ternyata menjadi masalah juga, saat kita akan pergi, bayi kita tidak mau menyusui melalui media lainnya 🙂

Semoga sharingku bermanfaat.

8 Responses

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *